Taber Laot, Ungkapan Rasa Syukur atas Hasil Laut yang Melimpah

847
Taber Laot
Ilustrasi. (Foto: Akurat.co)

1001indonesia.net – Masyarakat bahari di Kepulauan Bangka Belitung mempunyai cara tersendiri dalam mengungkapkan rasa syukur atas hasil laut yang melimpah. Mereka melakukannya dengan menggelar upacara adat taber laot.

Pelaksanaan upacara adat taber laot tak lepas dari pemahaman masyarakat setempat terhadap alam. Mereka memandang bahwa manusia perlu menjaga hubungan yang harmonis dengan alam.

Alam, khususnya laut, memberi penghidupan bagi nelayan. Namun, laut juga penuh ancaman yang membahayakan nasib nelayan yang sedang melaut.

Itulah sebabnya perlu dilakukan ritual sedekah laut. Melalui ritual ini, para nelayan mengungkapkan syukur atas hasil laut yang melimpah, mengajukan permohonan agar nelayan diberi keselamatan saat melaut, serta sebagai harapan agar hasil laut tetap melimpah di masa mendatang.

Istilah taber laot berasal dari kata naber yang berarti netral dan aman serta laot yang berarti laut. Upacara adat ini dilaksanakan secara rutin oleh masyarakat pesisir di beberapa wilayah di Provinsi Bangka Belitung setahun sekali.

Setiap daerah di Bangka Belitung memiliki jadwal sendiri-sendiri dalam melaksanakan ritual sedekah laut ini.

Salah satu tempat yang menjadi lokasi upacara adat taber laot adalah Pantai Berikat yang terletak di Dusun Tanjung Berikat, Desa Batu Beriga, Kecamatan Lubuk Besar, Bangka Tengah. Di tempat ini, upacara adat dilaksanakan pada bulan April dan sudah menjadi daya tarik wisata.

Taber laot juga dilaksanakan di Pantai Keranji Rambat di Desa Rambat, Kecamatan Simpangteritip, Kabupaten, Bangka Barat. Sama seperti di Pantai Keranji, ritual adat di tempat ini juga telah menjadi daya tarik wisata.

Di Desa Rambat, upacara adat diawali dengan memanjatkan doa bersama yang dipimpin oleh seorang dukun kampung. Acara kemudian dilanjutkan dengan prosesi perarakan perahu berisi sejumlah sesaji menuju pantai.

Perahu ditandu sejumlah orang berjalan kaki. Setelah sampai di lokasi, perahu dilepaskan dan dibiarkan dibawa arus.

Dulu, arah laju perahu dijadikan sebagai penanda pemasangan bagan untuk menangkap ikan. Jika perahu berlayar ke arah barat berarti tahun depan para nelayan akan pasang bagan di sebelah barat.

Baca juga: Tradisi Kenduri Laut Masyarakat Pesisir Pulau Sumatra

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

five − two =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.