1001indonesia.net – Betawi merupakan suku asli Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Meski kota Jakarta telah disesaki oleh berbagai macam suku bangsa, keberadaan suku Betawi tidak termakan oleh zaman. Suku ini juga masih memegang teguh dan memelihara adat-istiadat mereka.
Isilah Betawi berasal dari kata “Batavia”, yaitu nama lain dari Jakarta yang diambil pada zaman Hindia Belanda. Penggunaan nama Betawi sebagai suku termuda diawali pada saat pendirian Perkoempoelan Kaoem Betawi pada 1923 oleh Husni Thamrin. Pada saat itu juga, mereka baru menyadari identitas mereka sebagai sebuah golongan, yaitu golongan orang Betawi.
Menilik sejarahnya, Suku Betawi berasal dari hasil perkawinan berbagai macam suku, baik dari daerah-daerah lain di Nusantara maupun dari suku asing. Itu berarti, secara biologis, orang-orang Betawi berdarah campuran dari aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia.
Dengan kata lain, kelompok etnis Betawi lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis dan bangsa lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti Sunda, Melayu, Jawa, Bali, Makassar, Bugis, Sumbawa, Ambon, Arab, Tionghoa, dan India.
Keberadaan orang-orang ke daerah yang saat ini disebut Jakarta ini diawali oleh orang Sunda, yaitu sebelum abad ke-16. Wilayah ini masuk ke dalam Kerajaan Tarumanegara dan kemudian menjadi bagian Pakuan Pajajaran.
Selain orang Sunda, terdapat pula pedagang dan pelaut asing dari pesisir utara Jawa yang datang dari berbagai pulau di Indonesia Timur, dari Malaka di Semenanjung Malaya, dan bahkan dari Tiongkok serta Gujarat di India.
Baca juga: Tehyan, Alat Musik Khas Betawi Hasil Akulturasi Budaya
Pada zaman kolonial Belanda tahun 1930, kategori orang Betawi yang sebelumnya tidak pernah ada justru muncul sebagai kategori baru dalam data sensus tahun tersebut.
Kesadaran sebagai orang Betawi pada awal pembentukan kelompok etnis itu belum mengakar. Dalam pergaulan sehari-hari, mereka lebih sering menyebut diri berdasarkan lokalitas tempat tinggal mereka, seperti orang Kemayoran, orang Senen, atau orang Rawabelong.
Sejak akhir abad yang lalu dan khususnya setelah kemerdekaan (1945), Jakarta dibanjiri imigran dari seluruh Indonesia, sehingga orang Betawi tinggal sebagai minoritas.
Pada 1961, Suku Betawi mencakup kurang lebih 22,9 persen dari antara 2,9 juta penduduk Jakarta pada waktu itu. Mereka semakin terdesak ke pinggiran, bahkan ramai-ramai digusur dan tergusur ke luar Jakarta.
Dengan beragamnya suku yang ada di Jakarta sejak dulu, terjadilah proses asimilasi yang terus berlangsung hingga kini. Melalui proses panjang itu pulalah Suku Betawi hadir di bumi Nusantara.
Dulu, penduduk asli Jakarta mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Melayu atau menurut lokasi tempat tinggal mereka. Tahun 1970-an menjadi titik balik kebangkitan kebetawian di Jakarta. Telah terjadi pergeseran label dari Melayu ke Betawi. Orang yang dulu menyebut kelompoknya sebagai Melayu kemudian menyebut dirinya sebagai orang Betawi.