1001indonesia.net – Dijuluki “Bapak Seni Rupa Modern Indonesia”, Soedjojono (1917–1986) dikenal melukis kondisi faktual bangsa. Hal ini menjadi lebih relevan mengingat ia besar dalam situasi perjuangan. Wajah-wajah pejuang dan wajah Indonesia sebagaimana adanya muncul kuat dalam lukisannya.
Karena rajin menghadirkan kondisi Indonesia dengan peluh dan perjuangan maka Soedjojono pun sering digolongkan ke dalam aliran realisme. Lukisan “Kawan-Kawan Revolusi” menjadi ekspresi kuat sudut pandang lukisnya.
Pada 1937, Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI) didirikan dengan Soedjojono sebagai pelopornya. Tujuan yang dinyatakan PERSAGI adalah karya cipta seni yang kreatif dan berkepribadian Indonesia. Ada upaya untuk mengembangkan pertemuan antara lukisan tradisional dan modern dalam ciri Indonesia yang kuat. Hal ini dikontraskan dengan penggambaran Indonesia yang indah semata (yang sering dikaitkan dengan orientalisme). Ciri perjuangan, kondisi yang “tidak indah” dan kemauan keras untuk mencapai sesuatu mendapat momentumnya dalam arus seni ini.
Dengan melukis tema Pangeran Diponegoro—lukisan “Pasukan Kita yang Dipimpin Pangeran Diponegoro” (1979)—Soedjojono menggambarkan pemahamannya ihwal Indonesia yang jatuh bangun mewujudkan kemerdekaan.
Dalam lukisan “Kawan-Kawan Revolusi” (1947), ia menunjukkan profil wajah para pejuang. Agaknya hal ini perlu dipahami bahwa sepanjang 1946-1949 adalah masa perang gerilya yang terkait dengan gempuran militer Belanda pasca-Perang Dunia II. Wajah-wajah berdebu mewarnai profil tersebut.
Karakter utama posisi kesenimanan Soedjojono bertumpu pada kejujuran berkaryanya sejalan dengan empati terhadap manusia Indonesia. Lukisannya adalah bagian dari hubungan kreatifnya dengan dunia di mana lukisan itu menjadi pintu masuk bagi dunia dalam memahami Indonesia.