1001indonesia.net – Sipet atau sumpit atau sumpitan merupakan salah satu senjata utama suku Dayak. Bentuknya bulat panjang, berukuran satu setengah sampai dua meter, berdiameter dua sampai tiga sentimeter. Jarak tembakan senjata ini bisa mencapai 200 m.
Pada ujung sipet dibuat sasaran bidik berupa patok kecil berbentuk wajik berukuran tiga sampai lima sentimeter. Bagian tengahnya berlubang untuk memasukkan anak sumpitan atau damek. Lubang dengan diameter seperempat sampai tiga perempat sentimeter tersebut harus lurus dan licin.
Kadang-kadang lubang sipet bagian bawah lebih besar dari pada lubang sipet bagian atas, tetapi kadang-kadang lubang atas dan bawahada juga yang ukurannya sama.
Pada bagian atas sipet, tepat di depan sasaran bidik, dipasang tombak yang disebut sangkoh. Tombak tersebut terbuat dari batu gunung yang diikat dengan anyaman rotan.
Pembuatan sipet
Tidak semua jenis kayu dapat dibuat sipet. Untuk mendapatkan hasil maksimal, sipet dibuat dari kayu tampang, kayu ulin/tabalien, kayu lanan, kayu berangbungkan, kayu plepek, atau kayu resak.
Baca juga: Kayu Ulin, Kayu Besi Khas Kalimantan yang Semakin Langka
Kemudian dibutuhkan juga tamiang atau lamiang, yaitu bambu kecil yang beruas panjang. Jenis bambu ini keras dan mengandung racun.
Tidak semua orang mampu membuat sipet, hanya orang-orang yang ahli dalam bidangnya saja yang mampu. Suku-suku Dayak yang terkenal mempunyai keahlian khusus dalam pembuatan sumpitan, yaitu Suku Dayak Ot Danom, Punan, Apu Kayan, Bahau, Siang, dan Pasir.
Pembuatan sipet diawali dengan penebangan pohon kayu besar, yang kemudian dipotong memanjang sekitar tiga meter. Dari sebuah pohon berukuran besar dapat dibuat sepuluh sampai dua puluh batang sipet.
Untuk membuat lubang di tengah sipet, digunakan alat yang mereka buat sendiri dari batu gunung yang telah dilebur. Lubang sumpitan harus lurus dan licin. Proses pembuatan dapat dilakukan dengan dua cara, pertama murni menggunakan tenaga dan ketrampilan tangan si pembuat.
Cara kedua dengan memanfaatkan tenaga alam, yaitu dengan kekuatan arus air yang terdapat di riam dan dibuat semacam kincir penumbuk padi. Dengan cara ini sipet yang dihasilkan akan lebih banyak sekitar sepuluh batang per minggu.
Sipet pantang dipotong dengan parang dan pantang pula diinjak-injak. Harga jualnya pun telah ditentukan oleh hukum adat. Melanggar aturan berarti tidak menaati hukum adat, akibatnya bisa-bisa dituntut dalam suatu rapat adat.
Damek
Damek ialah anak sumpitan. Batang damek dibuat dari dahan pohon bendang atau dahan pohon bamban yang sudah dikeringkan.
Ada dua jenis damek, yaitu yang mengandung racun dan yang tidak mengandung racun. Yang mengandung racun digunakan untuk menyerang lawan. Sedangkan yang tidak mengandung racun digunakan untuk berburu.
Bentuk dan ukuran damek bermacam-macam, umumnya dengan panjang 15 cm. Pada 5 cm dekat ujung damek dibuat celah atau dikerat. dengan celah tersebut, tancapan ujung damek tidak mudah terlepas karena mengikat daging korbannya. Dengan demikian, ipuh yang dicampurkan pada damek dapat meracuni korbannya.
Ujung damek dapat juga diberi kaitan semacam pancing (ahau atau lajau). Untuk menyumpit burung-burung kecil, digunakan gumpalan tanah, kerikil atau buah-buah hutan yang besarnya telah disesuaikan dengan ukuran lubang sumpit.
Ujung bagian belakang damek diberi kayu ringan sepanjang 2 cm dengan diameter 0,5 cm di bagian depan dan 0,75 cm di bagian belakang. Kayu ringan tersebut ditancapkan pada bagian belakang damek. Fungsinya untuk menstabilkan terbangnya anak sumpitan saat ditiupkan ke sasaran.