1001indonesia.net – Seblang merupakan tarian khas masyarakat Banyuwangi di ujung timur Pulau Jawa. Tarian ini terkait dengan upacara suci dalam tradisi orang Using atau orang Banyuwangi asli. Di Banyuwangi, seblang dapat dijumpai di dua desa, yakni Desa Bakungan dan Olehsari.
Diperkirakan seblang merupakan sumber dari penciptaan tari gandrung yang menyebar hampir ke seluruh wilayah Banyuwangi. Berbeda dengan seblang yang terkait dengan ritual upacara yang bersifat sakral, tari gandrung bersifat duniawi dan sosial. Gandrung telah berkembang menjadi tarian kreatif.
Ada perbedaan antara tarian seblang di Bakungan dan di Olehsari. Perbedaan yang paling mencolok adalah kriteria penarinya. Penari di Bakungan adalah seorang perempuan yang sudah menopause, sementara di Olehsari seorang gadis yang beranjak dewasa yang belum mengalami haid.
Asesoris yang digunakan penari dan jenis instrumen gamelan yang digunakan juga berbeda. Di Bakungan, mahkota (omprok) yang digunakan penari terbuat dari rumbai-rumbai kain putih, sementara di Olehsari terbuat dari daun pisang muda yang bentuk menjadi rumbai-rumbai.
Dari segi gamelan, instrumen yang gunakan dalam ritual seblang di desa Olehsari lebih banyak daripada di Bakungan.
Gerakan tari seblang berdasar pada kekuatan irama yang sangat mendasar yang disebut sakti. Penari akan mengalami kerasukan. Saat itu, irama ini akan muncul secara alami.
Penari seblang merupakan perantara bagi arwah leluhur. Di desa Bakungan, peran sebagai penari berlangsung seumur hidup dan diwariskan secara turun-temurun. Di Olehsari, seorang penari tampil selama tiga tahun dipilih dengan bimbingan gaib melalui para tetua desa.
Dengan kekuatan roh yang memasukinya, si penari dapat menari dengan indah meski tanpa latihan. Saat penari kerasukan, para wanita mulai menyanyi diiringi bunyi tetabuhan gamelan. Dibantu oleh seorang wanita tua, penari bergerak mengikuti irama lagu dan gamelan. Ia menari sambil berjalan mengitari lingkaran dengan arah berlawanan jarum jam.
Di tengah tarian, penari seblang melemparkan salah satu ujung selendangnya ke arah penonton laki-laki. Bagi yang terkena selendang wajib maju dan menari bersamanya. Lagu yang mengiringi bagian ini bernama Ratu Sabrang yang menggambarkan pemberian berkah oleh Dewi Sri (dewi kesuburan) pada para petani.
Pada akhir acara, terdapat ritual penjualan bunga (adol kembang) dan perebutan sisa air bunga (toya arum) yang merupakan pencuci muka si penari. Tusuk-tusuk bercabang tiga dengan berbeda warna di setiap cabang yang disebut kembang dirma ditukar dengan uang sebagai sumbangan (dirma) oleh penonton yang beruntung mendapatkannya. Bunga-bunga itu dipercaya membawa keberkahan dan keberuntungan. Junlah sumbangan yang diberikan serelanya. Lagu yang mengiringi bagian ini juga berjudul Kembang Dirma.
Waktu Pelaksanaan Seblang
Sebagai tari yang bersifat sakral, seblang hanya dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu. Misalnya, pada acara bersih desa atau ritual untuk meminta keamanan dan keadaan baik bagi desa. Seblang juga diadakan sebagai tanda terima kasih karena keinginan telah tekabul, seperti sembuh dari penyakit.
Di desa Bakungan, seblang dilaksanakan pada sore hari pada pertengahan bulan Besar (kalender Jawa). Di desa Olehsari, seblang digelar siang hari sampai matahari terbenam selama 7 hari setelah Idul Fitri.
Ritual tari seblang merupakan tradisi asli orang Using. Tradisi ini merupakan warisan kuno yang berkaitan dengan ritual pemujaan terhadap arwah leluhur yang terdapat hampir di setiap masyarakat Nusantara. Dalam ritual tari seblang, roh-roh leluhur diundang dan diminta berkahnya bagi keselamatan, kemakmuran, dan keamanan desa.
Sumber:
- Edi sedyawati, Indonesian Heritage: Seni Pertunjukan, Jakarta: Buku Antar Bangsa, 2002.
- Kompas edisi Minggu 17 Juli 2016.