Rianto, Si Penari Lengger Banyumasan

4350
Rianto Si Penari Lengger Banyumasan
Rianto Si Penari Lengger Banyumasan (Foto: www.berlin-buehnen.de)

1001indonesia.net – Sejak kecil Rianto telah mencintai tari. Ia tak mundur meski diolok teman-temannya. Ia sering dianggap “banci”. Apalagi, bagi orang-orang di sekitarnya, profesi sebagai penari tidak menjanjikan. Namun, ia teguh pada pilihannya. Baginya, tari memberi kebebasan untuk mengeksplorasi dirinya dan terus berkreativitas.

Keteguhan dan ketekunan Rianto membuahkan hasil. Tari bukan hanya menghidupinya. Saat ini, ia bahkan menjadi penari dan koreografer tari kontemporer ternama. Dalam tariannya, ia piawai memeragakan gaya perempuan maupun gaya laki-laki sampai orang tidak bisa menebak sejatinya ia laki atau perempuan. Lewat tari ia keliling dunia, mengenalkan seni tradisi Indonesia ke berbagai negara.

Sejak usia dini, ia sudah merasakan bahwa dirinya memiliki kegemaran yang berbeda dengan anak laki-laki lain pada umumnya. Ia hobi menari dan lebih sering bermain dengan teman-temannya yang perempuan karena bersama mereka dirinya lebih merasa nyaman dan tenang. Karena hal ini, ia sering diolok-olok “Anto Banci” oleh teman-temannya.

Pada umur 7-14 tahun, Rianto sudah sering pentas. Biasanya untuk acara hari kemerdekaan Indonesia di desa tempatnya tinggal, Kaliori. Merasa tari adalah dunianya, ia kemudian mengambil jurusan tari di SMKI Sendang Mas Banyumas. Di sekolah ini ia cukup tangguh, bertahan sebagai siswa laki-laki sendirian selama 3 tahun.

Saat itu, tanggapan untuk menari di acara-acara pernikahan dari desa ke desa mulai banyak berdatangan. Rianto bisa menari baik untuk gaya laki-laki maupun perempuan. Cara berkesenian ini, menurutnya, membuatnya lebih bebas untuk terus mengeksplorasi tubuhnya. Ia semakin mendalami peran sebagai penari. Apalagi, tari bisa menghidupinya.

Tari Lengger Banyumasan

Rianto mulai serius belajar seni tari pada usia 15 tahun atau saat ia bersekolah di SMKI. Tari pertama yang ia pelajari adalah tari Lengger Banyumasan dengan gaya perempuan dan dasar tari laki-laki gaya Surakarta.

Tamat SMK, Rianto telah menguasai tari tradisional Lengger. Pria kelahiran 7 September 1981 ini kemudian melanjutkan pendidikan ke Institut Seni Indonesia Surakarta jurusan seni tari dengan minat utama koreografi. Ia juga belajar berbagai tipe tarian tradisional Jawa di bawah asuhan Daryono. Selain itu, ia juga aktif mendalami tarian keraton di Keraton Mangkunegaran.

Foto: Choy Ka Fai/berlin-buehnen.de
Foto: Choy Ka Fai/berlin-buehnen.de

Ketika mementaskan sebuah tarian semasa kuliahnya, seorang gadis Jepang bernama Miray Kawashima, yang juga seorang penari, jatuh hati terhadapnya. Mereka kemudian menikah pada 2003. Sejak itu, Rianto menetap di Jepang.

Pada April 2006, ia mendirikan Dewandaru Dance Company (DDC) di Tokyo. Lembaga ini bertujuan untuk mengajarkan tari tradisional Jawa dan menyebarkan budaya Jawa di Jepang. DDC juga bertujuan untuk berbagi mengenai sejarah tari Jawa pada masyarakat Jepang dan mengembangkannya dalam lingkungan yang berbeda.

Untuk itu, Rianto mengembangkan praktik koreografi kontemporer dengan tetap berbasis tari tradisional Jawa yang telah mendarah daging. Sudah banyak karya koreografi yang ciptakan dan ia tampilkan di berbagai negara. Di antara karyanya yang terkenal adalah Medium dan SoftmachineMedium telah dipentaskan sebelas kali di luar negeri sepanjang 2016, antara lain festival Darwin, Australia, dan di Jerman. Sementara Softmachine sudah ditampilkan 41 kali.

Perjalanan penari asal Banyumas ini tentu membanggakan Indonesia. Dengan mengadakan pertunjukan di berbagai negara, ia menjadi duta kesenian bagi Indonesia. Ia bahkan menjadi salah satu penari Indonesia yang tampil pada malam inagurasi pengukuhan Presiden Amerika Barack Obama di Capital Hill 20 Januari 2009.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

five × three =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.