1001indonesia.net – Jika hari ini lagu dangdut begitu populer di Indonesia, rasanya sulit melepaskan diri dari sosok Raden Haji Oma Irama atau lebih dikenal dengan Rhoma Irama.
Musisi yang dikenal dan diakui dunia sebagai raja dangdut ini lahir pada 11 Desember 1946. Ia dibesarkan dari keluarga kelas menengah di Tasikmalaya, Jawa Barat. Kata “Raden” yang tersemat pada namanya jelas menunjukkan status sosial keluarga Rhoma yang datang dari kalangan menengah ke atas di daerahnya.
Lewat racikan cita rasa musik Indonesia, India, Timur Tengah, dan Barat yang berkembang pesat di Indonesia pada akhir abad ke-20, Rhoma kemudian mulai menyebarkan virus musik bergenre dangdut. Sebagian besar musik dangdut awal bertema lagu-lagu cinta, nasionalisme, kritik sosial politik, dan globalisasi.
Setelah menjalankan ibadah haji pada 1975, Oma bergeser arah dan bertekad untuk menggunakan musik sebagai sarana menyebarkan dakwah Islam. Ia kemudian dengan lantang melawan penyakit-penyakit masyarakat melalui lagu-lagu dangdutnya. Dia juga menambahkan “Rh” di awal nama pertamanya, sehingga menjadi Rhoma. Dua huruf berdiri untuk Raden Haji.
Bersama grup Soneta yang dipimpinnya, Rhoma tercatat pernah memperoleh 11 Golden Record dari kaset-kasetnya. Dia memadukan unsur musik rock dalam Melayu serta melakukan terobosan atas aransemen, syair, lirik, kostum, dan penampilan di atas pentas. Achmad Albar (penyanyi rock Indonesia) berpendapat, “Rhoma pionir. Pintar mengawinkan orkes Melayu dengan rock.”
Namun, jika kita amati bukan hanya rock yang dipadu oleh Rhoma Irama tetapi juga pop, musik India, dan orkestra. Inilah yang menyebabkan setiap lagu Rhoma memiliki cita rasa berbeda. Lagu Rhoma juga sarat menyuarakan kritik atas kebudayaan Barat atau globalisasi. Namun, berbeda dengan kritik musik rock yang kental dan cenderung keras, Rhoma dengan lagu dangdutnya menyampaikan kritik sosial dengan nada mendayu.
Bagi para penyanyi dangdut, lagu Rhoma mewakili semua suasana, ada nuansa agama, cinta remaja, cinta kepada orang tua, kepada bangsa, kritik sosial, dan lain-lain. “Mustahil mengadakan panggung dangdut tanpa menampilkan lagu Bang Rhoma, karena semua menyukai lagu Rhoma,” begitu tanggapan beberapa penyanyi dangdut dalam suatu acara TV.
Di dunia musik, sosok Rhoma cukup fenomenal. Tak hanya di dalam negeri, bahkan di luar negeri Rhoma menjadi rujukan penelitian. Setidaknya itu diakui Rhoma sendiri dalam beberapa kesempatan wawancara dengan berbagai media. Ada sekitar 7 karya ilmiah tentang musiknya telah dihasilkan.
Selain itu, peneliti asing juga kerap menjadikannya sebagai objek penelitian seperti William H. Frederick, doktor sosiologi Universitas Ohio, AS yang meneliti tentang kekuatan popularitas serta pengaruh Rhoma Irama pada masyarakat.