1001indonesia.net – Peresean adalah tradisi pertempuran antara dua pria dari Suku Sasak di Lombok. Mereka menggunakan tongkat rotan (penjalin) sebagai pedang, dan perisai yang terbuat dari kulit kerbau yang disebut ende. Petarung hanya diperbolehkan menyerang punggung dan bahu lawan. Sebagai pengiring, dimainkan alat musik tradisional, seperti gong, kendang, dan seruling.
Di masa silam, Peresean digelar untuk melatih ketangkasan, ketangguhan, dan keberanian dalam bertanding. Suku Sasak juga menggelar Peresean sebagai upacara untuk memohon hujan saat musim kering berkepanjangan. Kini, pertandingan yang disakralkan oleh Suku Sasak itu juga digelar sebagai pertunjukan untuk menyambut tamu atau wisatawan yang berkunjung ke Lombok.
Peserta Peresean yang disebut pepadu tidak dipersiapkan sebelumnya, tetapi diambil dari para penonton. Penonton dapat mengajukan diri sebagai peserta. Bisa juga peserta dipilih oleh wasit di antara para penonton. Wasit pinggir (pekembar sedi) mencari pasangan pepadu dari para penonton, sedangkan wasit tengah (pekembar teqaq) yang akan memimpin pertandingan.
Pepadu yang akan bertanding bertelanjang dada, mengenakan sarung khas Lombok dan ikat kepala yang sudah disiapkan panita. Setelah seluruh persiapan selesai, pertarungan dimulai.
Aturan Peresean adalah para pepadu tidak boleh memukul anggota badan bagian bawah (kaki/paha). Hanya anggota badan bagian atas (kepala, pundak, dan punggung) yang diperkenankan untuk dipukul.
Pepadu memegang tongkat rotan di tangan kanan dan perisai di tangan kiri. Kedua pepadu akan saling serang selama 5 ronde. Seperti dalam olahraga tinju, kemenangan didapat berdasarkan nilai dari para juri ataupun menang KO/TKO. Pepadu yang sudah berdarah dinyatakan kalah, dan wasit akan menghentikan pertandingan.
Pepadu yang terluka akan diobati dengan olesan obat tradisional. Obat tersebut berupa minyak yang tidak menimbulkan rasa perih saat dioleskan ke luka.
Jalannya pertandingan akan diiringi dengan alat musik tradisional khas suku Sasak. Bunyi gamelan itu akan membangkitkan adrenalin pepadu untuk saling menyerang. Di tengah pertarungan, para pepadu terkadang menari sesuai dengan irama musik sambil saling menyerang.
Setelah bertarung, para pepadu bersalaman dan berpelukan, tandanya tidak ada rasa dendam di antara keduanya.