1001indonesia.net – Dalam lintasan sejarah Indonesia, generasi muda memainkan peranan yang sangat penting. Mulai dari terbentuknya ide mengenai Indonesia hingga gerak kemajuan bangsa, pemuda selalu menjadi garda terdepan.
Pemuda bahkan yang paling berperan pada peristiwa yang menjadi salah satu tonggak terpenting berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu Sumpah Pemuda 1928.
Juga dalam peristiwa-peristiwa besar lainnya, generasi muda selalu memainkan perannya. Proklamasi Indonesia pada 1945, misalnya, terjadi setelah para pemuda mendesak Sukarno untuk segera memaklumatkan kemerdekaan Indonesia pasca-kekalahan Jepang oleh tentara Sekutu.
Sukarno sendiri, menjadi motor pergerakan kebangsaan dengan mendirikan Partai Nasional Indonesia pada usianya masih 27 tahun. Juga ada nama Muhammad Hatta yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari Belanda dengan menjadi Ketua Perhimpunan Indonesia saat masih berusia kurang dari 30 tahun.
Selain itu, ada Adam Malik yang ikut merintis kantor berita Antara pada usia 20 tahun. Dan, masih banyak pemuda-pemuda lain yang tak terhitung jumlahnya yang menjadi pelopor dalam perjuangan kebangsaan Indonesia.
Baca juga: Mohammad Yamin dan Imaji Kebangsaan Indonesia
Tantangan yang dihadapi generasi muda sekarang memang berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya. Namun, nilai-nilai yang diperjuangkan tidak berbeda. Saat ini, menjadi tugas para pemuda untuk ikut melawan isu politik identitas yang memecah-belah bangsa.
Pemuda dapat memainkan perannya sebagai duta perdamaian. Dengan idealisme, kekuatan, semangat, dan kecerdasan intelektual, pemuda menjadi tumpuan harapan dalam menjaga kesatuan dan keutuhan bangsa.
Sayangnya, alih-alih menjadi simpul perekat, para pemuda saat ini sering terjebak dalam politik praktis dan gerakan-gerakan yang bersifat sektarian. Alih-alih menjadi sebuah gerakan yang kritis terhadap fenomena penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat, para pemuda justru sering menjadi bagian darinya.
Sikap pemuda yang terlibat dalam gerakan sektarian ini tentu mengkhianati sejarah berdirinya Indonesia sendiri. Pada peristiwa Sumpah Pemuda 1928, para pemuda/pemudi dari berbagai suku bangsa dan agama bersumpah setia berbangsa, bertanah air, dan berbahasa satu: Indonesia.
Ini menjadi tantangan tersendiri untuk mengembalikan semangat, idealisme, dan sikap kritis yang semestinya dimiliki para pemuda sehingga mereka bisa menjadi agen perubahan ke arah yang lebih baik. Negeri ini sangat membutuhkan jiwa bebas dan semangat juang yang dimiliki para pemudanya.
*) Tulisan telah dimuat dalam Modul Sekolah Harmoni yang diterbitkan pada 2018 oleh PSIK-Indonesia bekerja sama dengan Kemenko PMK dan FES-Indonesia.