Nyadran, Tradisi Orang Jawa Menyambut Bulan Suci Ramadhan

1919
Nyadran
Masyarakat Banjarnegara menggelar Nyadran Gedhe jelang bulan suci Ramadhan. (Foto: Uje Hartono/detikcom)

1001indonesia.net – Nyadran merupakan serangkaian upacara yang dilakukan oleh masyarakat Jawa, terutama Jawa bagian tengah, untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Di sebagian daerah, tradisi ini dilaksanakan menjelang Idul Fitri.

Menjelang puasa Ramadhan, masyarakat Jawa biasanya berziarah ke makam orangtua dan para leluhur yang sudah meninggal. Mereka akan membersihkan makam, berdoa, dan tak lupa menaburkan bunga di atas makam.

Selain sebagai ungkapan rasa hormat terhadap leluhur, tradisi nyadran berperan dalam menjalin hubungan silaturahmi antaranggota keluarga besar. Saat nyadran, anggota keluarga akan berkumpul untuk bersama-sama mendoakan leluhur dan kerabat mereka yang telah meninggal.

Tak hanya makam leluhur, makam-makam yang dikeramatkan, seperti makam pendiri kampung atau orang yang sangat dihormati, juga diziarahi warga secara bersama-sama. Semua warga akan datang membawa makanan dalam tampah atau tenong.

Setelah bersih-bersih makam, para warga kemudian berdoa bersama, dipimpin oleh tetua kampung. Puncaknya, warga saling berbagi makanan untuk disantap bersama sebagai wujud syukur atas berkah yang melimpah dari Yang Maha Kuasa.

Makam menjadi tempat untuk berkumpul bersama dalam suasana yang guyub. Di sinilah para warga menemukan kembali akar mereka pada lelulur yang sama sehingga mereka merasa sebagai satu keluarga besar. Dengan demikian, terciptalah ikatan yang kuat sebagai saudara.

Ada berbagai versi mengenai asal usul dan makna tradisi ini. Ada yang mengatakan bahwa nyadran berasal dari Bahasa Sanskerta sraddha yang artinya keyakinan. Pendapat lain mengungkapkan, nyadran berasal dari bahasa Jawa sadran yang berarti Ruwah Syakban.

Ada juga yang mengatakan bahwa tradisi ini merujuk pada istilah sudra (orang awam). Menyudra berarti berkumpul dengan orang awam untuk mengingatkan kita bahwa pada hakikatnya manusia sama. Sementara tradisi Islam mengungkapkan bahwa nyadran berasal dari kata sodrun yang berarti dada atau hati.

Tradisi nyadran biasanya dilakukan pada setiap hari ke-10 bulan Rajab atau saat datangnya bulan Sya’ban. Untuk pelaksanaannya, tergantung dari tradisi di masing-masing daerah.

Melalui rangkaian acara bersih-bersih makam, berdoa bersama, dan ditutup dengan saling berbagi makanan untuk disantap bersama, nyadran menjadi wujud tiga relasi penting dalam hidup manusia: relasi antarmanusia (baik dengan yang masih hidup maupun yang telah meninggal), relasi dengan alam, dan relasi dengan Tuhan.

Baca juga: Tenongan, Tradisi Menyambut Bulan Ramadhan di Banjarnegara

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

16 − 12 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.