Meugang, Tradisi Warga Aceh Menyambut Bulan Ramadhan

2710
Meugang, Tradisi Masyarakat Aceh Menyambut Datangnya Bulan Ramadhan
Foto: ANTARA/Rahmat

1001indonesia.net – Masyarakat Nusantara mempunyai banyak cara dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Di Aceh, dua hari atau sehari menjelang bulan puasa, warga membeli daging lembu atau kerbau untuk dimasak lalu disantap bersama. Tradisi warga Aceh dalam menyambut datangnya bulan puasa ini disebut meugang.

Saat meugang, orang Aceh, baik kaya maupun miskin, akan membeli daging untuk dimasak dan disantap bersama keluarga. Diharapkan pada acara ini, semua keluarga dapat berkumpul. Acara akan terasa kurang lengkap bila ada anggota keluarga yang tidak hadir.

Begitu melekatnya tradisi ini pada masyarakat Aceh sehingga harga daging menjelang hari meugang akan melonjak tinggi karena besarnya permintaan. Namun, ini tidak menyurutkan niat mereka. Pentingnya tradisi ini membuat warga sudah menyiapkan diri untuk membeli daging sesuai kemampuan.

Tradisi menyambut bulan puasa ini sudah berusia ratusan tahun, tepatnya sejak masa Sultan Iskandar Muda. Saat itu, sebulan sebelum melaksanakan tradisi ini, kepala desa sudah menerima surat untuk mendata warga miskin di desanya.

Menjelang dilaksanakannya meugang, Sultan akan mengirim uang kepada para warga yang miskin untuk membeli daging. Ini merupakan bentuk rasa cinta Sultan kepada rakyatnya, khususnya untuk fakir miskin dan kaum duafa. Tidak heran jika ada sebagian warga yang mengundang anak yatim ke rumahnya untuk menyantap daging bersama saat acara meugang.

Lagi pula, di bawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh menjadi kerajaan yang sangat kaya dan hasil alamnya sangat melimpah. Sultan tidak ingin ada rakyatnya mengalami kesusahan dalam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Seiring waktu, meugang menjadi tradisi masyarakat Aceh yang mayoritas beragama Islam. Meski modelnya berbeda dengan zaman kesultanan dulu, makna terkandung di baliknya sama.

Lagi pula, bulan suci Ramadhan memiliki arti tersendiri bagi warga Aceh. Sebab itu, jauh hari sebelumnya, warga sudah membuat persiapan, mulai dari perlengkapan ibadah sampai kebersihan lingkungan.

Meugang kemudian menjadi tradisi yang sangat penting bagi masyarakat Aceh, bahkan seperti menjadi sebuah keharusan.  Saat itu, setiap keluarga harus menyediakan daging untuk disantap bersama. Jika tidak, rasanya tidak lengkap atau bahkan serasa mendapat aib.

Tradisi ini menjadi sarana untuk mengumpulkan dan memperkuat ikatan anggota keluarga. Warga Aceh yang merantau ke tempat lain akan pulang ke kampung halaman untuk santap daging bersama keluarga saat hari meugang. Mereka tidak boleh mengirim uang untuk membeli daging sebagai ganti kehadiran mereka. Mereka harus pulang dan membawa daging untuk orangtua di rumah.

Jika dalam sebuah kampung ada orang miskin yang tidak sanggup membeli daging, kepala desa akan mengumpulkan uang secara bersama-sama agar semua warganya dapat menyantap daging.

Meski sekarang masyarakat sudah sering makan daging, tapi makan daging saat meugang terasa beda. Pada saat yang spesial ini, jika anggota keluarga belum lengkap karena ada yang belum datang, orangtua belum merasa tenang. Jadi, inti dari tradisi ini adalah membangun silaturahmi dengan seluruh anggota keluarga dan berbagi kebahagiaan.

Sebab itu, makan bersama saat hari meugang sebaiknya dilakukan di rumah, bukan di pantai atau tempat wisata lainnya. Karena tujuannya adalah kumpul bersama mulai dari anak hingga nenek. Makan di tempat lain juga dapat menghilangkan hikmah dari tradisi tersebut.

Momen Ramadan sangat penting bagi masyarakat muslim sehingga harus disambut dengan kegembiraan. Sebab itu, masyarakat Aceh tidak ada yang mempermasalahkan tradisi ini sejak zaman dulu hingga kini.

Untuk daging sendiri, sebenarnya tidak ada aturan yang mengharuskan sapi atau kerbau. Daging kambing juga dibolehkan. Namun warga Aceh punya alasan khusus memilih dua hewan ternak di atas. Masyarakat Aceh memilih daging kerbau atau lembu karena harganya lebih mahal. Gaya hidup orang Aceh dari dulu sangat mewah, termasuk dalam soal makan.

Baca juga: Potang Balimau, Tradisi Unik Menyambut Bulan Ramadhan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

8 − five =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.