Merdang Merdem, Pesta Tahunan Masyarakat Agraris Suku Karo

1386
Merdang Merdem
Merdang Merdem digelar sebagai ungkapan syukur atas hasil panen di musim lalu serta harapan agar di musim tanam ini tanaman bebas dari hama dan mendapatkan panen yang melimpah. (Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)

1001indonesia.net – Masyarakat agraris di Nusantara memiliki tradisinya masing-masing berkaitan dengan siklus tanam padi, tak terkecuali masyarakat suku Karo. Setiap tahun, masyarakat Karo menggelar Merdang Merdem atau Pesta Kerja Tahun.

Dulu, acara ini dilaksanakan setelah penanaman padi selesai dikerjakan. Saat ini, masing-masing kecamatan di Kabupaten Karo memiliki jadwal pelaksanaannya sendiri-sendiri yang tidak sama.

Merdang Merdem digelar sebagai ungkapan syukur atas hasil panen di musim lalu. Juga sebagai harapan agar di musim ini, tanaman bebas dari hama dan mendapatkan panen yang melimpah.

Acara ini dimeriahkan dengan tari tradisional gendang guro-guro aron. Terlibatnya seluruh masyarakat Tanah Karo menjadikan pesta tahunan ini berlangsung dengan sangat meriah.

Pada 2014, perayaan tahunan masyarakat Karo ini terdaftar sebagai warisan budaya takbenda Indonesia dari Provinsi Sumatera Utara.

Dilasanakan selama 6 hari

Pesta Tahun masyarakat Karo dirayakan selama enam hari. Setiap harinya berisi kegiatan yang berbeda-beda dan berpuncak pada hari ke-5.

Hari pertama (cikor-kor) merupakan bagian awal dari perayaan ini. Hari pertama ini ditandai dengan kegiatan mencari kor-kor, sejenis serangga yang biasanya ada di dalam tanah di bawah pepohonan. Pada hari itu semua penduduk pergi ke ladang untuk mencari kor-kor untuk dijadikan lauk.

Hari kedua (cikurung), ditandai dengan kegiatan mencari kurung di ladang dan sawah. Kurung adalah binatang yang hidup di tanah basah, biasa dijadikan lauk oleh masyarakat Karo.

Hari ketiga (ndurung), ditandai dengan kegiatan mencari ndurung atau ikan di sawah dan sungai. Pada hari itu penduduk satu kampung makan dengan lauk ikan. Biasanya yang ditangkap adalah ikan mas, lele (sebakut), kaperas, dan belut.

Hari keempat (mantem atau motong), sehari menjelang hari perayaan puncak. Pada hari itu penduduk kampung memotong lembu, kerbau, atau babi bagi yang beragama Kristen untuk dijadikan lauk.

Hari kelima (matana atau hari puncak perayaan). Pada hari itu semua penduduk saling mengunjungi kerabatnya. Setiap kali berkunjung semua menu yang sudah dikumpulkan semenjak hari cikor-kor, cikurung, ndurung, dan mantem dihidangkan.

Pada puncak perayaan itu semua penduduk bergembira. Panen di musim lalu sudah berjalan dengan baik dan hasilnya sesuai harapan. Kegiatan menanam padi pada musim tanam ini pun telah selesai dilaksanakan.

Pusat perayaan biasanya di balai tempat perayaan pesta yang disebut los. Acara dimeriahkan dengan kesenian tradisional gendang guro-guro aron yang dilakukan oleh para muda-mudi dalam balutan pakaian adat.

Tak hanya penduduk kampung, perayaan juga diikuti oleh kerabat dari luar kampung yang membuat suasana semakin semarak. Sebagian orang Karo di perantauan bahkan menyempatkan pulang ke kampung halaman untuk mengikuti acara perayaan dan berkumpul dengan keluarga.

Pada hari itu makan menjadi hal yang wajib dilakukan setiap kali berkunjung ke rumah kerabat. Memang menjadi aturan bahwa orang yang datang berkunjung harus menikmati hidangan yang telah disediakan oleh tuan rumah.

Hari keenam (nimpa), ditandai dengan kegiatan membuat cimpa. Makanan khas Karo itu terbuat tepung terigu, gula merah, dan kelapa parut. Konon, Merdang Merdem tidak lengkap rasanya tanpa kehadiran cimpa. Untuk beberapa wilayah, kegiatan nimpa diganti dengan ngerires, yaitu acara membuat rires (lemang).

Cimpa atau rires bisa bertahan cukup lama. Makanan khas Karo ini masih baik untuk dimakan meski sudah dua hari lamanya. Oleh karena itu, cimpa atau rires cocok untuk dijadikan oleh-oleh bagi tamu ketika pulang.

Hari ketujuh (rebu), merupakan hari terakhir dalam rangkaian acara pesta tahunan masyarakat Karo. Pada hari itu sudah tidak ada kegiatan yang dilakukan. Tamu-tamu sudah kembali ke tempat asalnya. Semua penduduk berdiam di rumah.

Baca juga: Upacara Adat Seren Taun Cigugur Kuningan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

nineteen − fifteen =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.