1001indonesia.net – Maras Taun awalnya merupakan upacara syukuran panen padi yang dilaksanakan setahun sekali di Kabupaten Belitung. Seiring waktu, upacara ini berkembang menjadi selamatan kampung sebagai ungkapan rasa syukur atas berkah rezeki dan keselamatan dari Tuhan Yang Mahakuasa.
Istilah maras berarti kegiatan membersihkan duri-duri kecil pada tanaman. Yang dimaksud dengan membersihkan duri adalah kegiatan membersihkan atau menyelesaikan semua masalah. Sedangkan taun berarti tahun. Dengan demikian, Maras Taun merupakan upacara pergantian tahun.
Upacara adat ini merupakan warisan dari budaya agraris masyarakat Belitung. Di masa silam, masyarakat pedalaman Belitung hidup secara berkelompok. Mereka membuka hutan untuk berladang padi.
Sebagai ungkapan rasa syukur atas panen padi, diadakan upacara adat. Awalnya uoacara tersebut dinamakan berselamatan tahun. Dalam tradisi ini akan diadakan pemotongan lepat besar (lepat gede). Lama kelamaan tradisi ini disebut dengan Maras Taun.
Ada alasan mengapa upacara syukuran ini dilaksanakan setahun sekali. Dulu padi di ladang hanya dapat dipanen setelah ditanam selama sembilan. Dengan kata lain, musim tanam padi hanya sekali setahun di masa silam. Itu sebabnya, upacara adat Maras Taun hanya dilakukan setahun sekali.
Pada perkembangannya, upacara panen padi itu bertransformasi menjadi acara syukuran bagi semua penduduk desa, baik yang berprofesi sebagai petani, nelayan, maupun profesi lainnya. Jika petani merayakan panen padi, nelayan merayakan musim penangkapan ikan.
Pada intinya, semua masyarakat kampung bersyukur atas apa yang didapatnya sesuai dengan bidang pekerjaannya masing-masing selama setahun yang telah lewat. Mereka juga berdoa agar setahun ke depan, mereka mendapat berkah keselamatan dan pekerjaan mereka pun kelancaran seperti tahun sebelumnya.
Rangkaian upacara adat Maras Taun berlangsung selama 3 hari sampai satu minggu, mulai dari persiapan hingga acara penutup. Pertama-tama, masyarakat membentuk panitia yang bertanggung jawab atas pelaksanaan acara.
Mereka kemudian melakukan beragam persiapan, seperti menebang pohon untuk membuat panggung, mendirikan panggung, dan membuat dapur untuk memasak.
Sehari sebelum acara puncak, diadakanlah acara selamatan yang dihadiri oleh tokoh adat, pemuka agama, tokoh masyarakat, dan panitia. Pelaksanaannya setelah shalat Isya. Acara diawali dengan pembukaan, lalu dilanjutkan dengan pembacaan doa dan makan bersama.
Acara selamatan diakhiri dengan nyucor Air Sembilan. Dukun kampung mengucurkan air dalam botol di batas-batas desa sebelum pukul 24.00. Tujuannya agar warga setempat selamat dari segala gangguan.
Acara puncak Maras Taun terdiri atas pembukaan, sambutan ketua kampung, doa, dan ritual. Dalam acara ini disiapkan ketupat atau lepat empat buah, irisan daun neruse dan daun ati-ati, tepung tawar, serta air.
Acara ditutup dengan bersama membaca hamdallah dan kemudian bahan-bahan yang digunakan saat doa tadi dibagi-bagi untuk ditaburkan di pekarangan rumah masing-masing untuk tujuan keselamatan.
Sebagai ungkapan rasa syukur, acara diisi dengan makan bedulang. Digelar juga beragam hiburan tradisional, seperti lesong panjang, beripat beregong, begasing, becampak, dulmuluk, begubang, begambus, besepen, dan betiong. Dihadirkan pula pertunjukan kesenian modern organ tunggal untuk memeriahkan acara.
Baca juga: Upacara Adat Seren Taun Cigugur Kuningan