1001indonesia.net – Mallogo adalah permainan tradisional yang berasal dari Sulawesi Selatan, Indonesia. Dalam bahasa Bugis disebut dengan Mallogo sedangkan dalam bahasa Makassar disebut dengan Allogo.
Permainan Mallogo berupa tempurung kelapa kering yang dibentuk segitiga (logo), lalu dipukul dengan sepotong bambu yang bentuknya seperti pemukul golf.
Dahulu Mallogo dimainkan oleh seluruh kalangan masyarakat Sulawesi Selatan, baik rakyat biasa maupun bangsawan. Sebab itu, ada dua jenis logo (tempurung bentuk segitiga), yakni logo dari tempurung kelapa untuk rakyat biasa dan logo dari tanduk kerbau, seng, atau besi yang disepuh emas untuk kalangan bangsawan.
Permainan ini dimainkan oleh dua orang atau lebih, biasanya di halaman rumah atau pinggiran sawah. Sebelum bermain, terlebih dahulu membentuk tim.
Setelah terbentuk, masing-masing tim memilih undian atau maccede, untuk mengetahui tim yang memulai permainan. Tim yang menang undian, akan menembak pertama kali (Mallio-lio). Tembakan ditujukan kepada logo yang sudah diatur dengan jarak 2 meter.
Setiap peserta memiliki hak menembak sampai 3 kali, tetapi jika tembakan tidak kena sasaran, peserta tersebut dianggap gugur. Sebaliknya, apabila tembakan kena sasaran yang dituju, peserta terus diberi kesempatan untuk menembak hingga sasaran terakhir.
Bagi peserta yang bisa menembak tepat sasaran dengan jarak 20 meter, maka dialah pemenangnya. Aturan permainan ini adalah sebagai berikut:
- Nilai Pemenang dilihat dari jumlah logo yang telah dijatuhkan.
- Jika pemain pertama tak bisa menjatuhkan semua logo, maka permainan akan dipindahkan ke tim lawan. Pemain dapat dianggap sebagai pemenang, jika dapat menjatuhkan semua logo dan dapat kembali memukul.
Selain menghibur, permainan ini mengandung nilai-nilai positif, seperti melatih ketangkasan, menjaga kekompakan. Juga terdapat nilai seni, khususnya pada bentuk alat pemukulnya. Konon, selain bermain layangan dan kelereng, Mallogo merupakan permainan yang disukai BJ Habibie ketika masih kecil.
Sayangnya, seperti permainan tradisional Indonesia lainnya, Mallogo semakin jarang dimainkan. Anak-anak semakin asyik dengan gawainya atau bermain game online sehingga kurang mengenal permainan tradisional yang mengandung nilai- pendidikan dan lebih menyehatkan.
Baca juga: Massallo Kawali, Bermain Gobak Sodor Memakai Badik