Bagi masyarakat luar tentu saja sulit membayangkan ada satu kawasan yang begitu luas dan terdiri dari banyak suku, agama, dan bahasa, tetapi ada dalam satu negara. Sebab itu, tidak heran jika kita menyebut Indonesia sebagai salah satu keajaiban dunia. Inilah Zamrud Keragaman Indonesia.
1001indonesia.net – Tahukah Anda bahwa panjang wilayah Indonesia yang membentang dari Papua hingga Aceh kurang lebih setara dengan jarak Istanbul di Turki hingga London di Inggris, atau dari Afganistan hingga Mesir?
Luar biasa panjang untuk sebuah negara! Jika di tempat lain wilayah sepanjang itu terdiri atas beberapa negara, di Indonesia masih dalam satu negara!
Saat ini, dengan penerbangan antarpulau yang lebih sering dan mudah, kita dapat membayangkan luasnya Indonesia.
Ambil contoh, penerbangan Jakarta-Bangkok mengambil waktu sekitar 3 jam 20 menit, sedang penerbangan Jakarta-Banda Aceh juga menempuh waktu yang kurang lebih sama. Kita juga bisa membayangkan penerbangan Jakarta-Jayapura yang mengambil waktu sekitar 5 jam lebih, dengan melintasi 3 zona
waktu.
Atau, mari kita lihat bagian timur Indonesia, di mana Kepulauan Tanimbar hanya berwaktu tempuh beberapa jam saja berkapal menuju Darwin (Australia), tetapi mengambil
waktu tempuh 2 malam menuju Ambon yang merupakan ibu kota Provinsi Maluku.
Dalam rentang yang luas itu, kita juga menjumpai keragaman yang luar biasa, baik suku, bahasa, dan agama. Menurut catatan etnografi, secara keseluruhan ada sekitar 656 suku di
seluruh Nusantara.
Jumlah bahasa di Indonesia, menurut penelitian Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), ada lebih dari 500 bahasa.
Begitu juga agama dan kepercayaan masyarakat Indonesia. Jumlahnya sangat banyak,
lebih dari yang dikenal dan diakui saat ini.
Bagi masyarakat luar tentu saja sulit membayangkan ada satu kawasan yang begitu luas dan terdiri dari banyak suku, agama, dan bahasa, tetapi ada dalam satu negara. Sebab itu, tidak heran jika kita menyebut Indonesia sebagai salah satu keajaiban dunia. Inilah Zamrud Keragaman Indonesia.
Di beberapa tempat dan kawasan lain, misalnya di Eropa, kadang ada beberapa masyarakat yang memiliki kesamaan bahasa dan agama, tetapi mereka terpisah dalam negara yang berbeda.
Hal yang sama juga terjadi di kawasan Timur Tengah. Mereka memiliki bahasa yang sama, bahasa Arab, dan memiliki agama yang kurang lebih sama, Islam, tetapi terpecah dalam banyak negara, bahkan beberapa negara itu sangat kecil.
Beberapa dekade lalu, Uni Soviet dan Yugoslavia yang memiliki keragaman bangsa dan bahasa akhirnya juga hancur menjadi beberapa negara merdeka. Penjelasannya adalah karena alasan untuk bersatu telah hilang sehingga mereka terpaksa berpisah.
Bagaimana dengan Indonesia? Apakah keragaman yang dimilikinya tidak tanpa masalah dan gejolak?
Sebagai bangsa yang sangat beragam, bangsa ini tentu saja pernah dan bahkan sering mengalami pergolakan baik dalam skala kecil maupun luas.
Namun, kecintaan pada keragaman ini selalu membawa upaya-upaya dari para tokoh-tokoh besar Indonesia untuk bertemu kembali dengan sejarah dan membangun jalan-jalan baru untuk kehidupan bineka yang kaya.
Keragaman inilah yang memberikan warna pada kehidupan Indonesia, kehidupan yang kaya raya. Keragaman ini membuahkan Zamrud Toleransi.
Zamrud Toleransi adalah kisah Indonesia sejati, di mana ada rentang sejarah yang panjang yang menyajikan pertalian masyarakat-masyarakat dari berbagai penjuru pulau untuk menjadi Indonesia.
Ketika para pendiri bangsa berkumpul pada Kongres Pemuda II, 28 Oktober 1928, dan menyatakan ke-Indonesiaan, mereka tidak sedang bermimpi. Mereka hendak mengakui pertalian ini.
Ragam etnis dan bahasa sudah berada di kepulauan Nusantara sejak berabad-abad lalu, dan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Melayu, yang kemudian menjadi Melayu Tinggi, sebutan mula untuk Bahasa Indonesia. Etnis Tionghoa dan Arab bersilang
kehidupan dengan Banten, Pasai (Aceh), Cirebon, Jayakarta, Ternate, Banda, Goa (Makassar), Tuban, Lasem dalam rentang sejarah yang amat panjang.
Riwayat pertalian yang indah inilah yang mendasari kesadaran bahwa Indonesia menemukan cita-citanya dari sejarah dan budayanya, dan baru kemudian menjadi perjuangan antikolonialisme.
Kita sangat menyadari bahwa bukan hal mudah untuk mempertahankan Indonesia yang beragam ini tetap ada dalam satu kesatuan. Sebagai bangsa, negeri ini tentu tidak tanpa konflik, gejolak, dan pemberontakan. Kita mengalami itu, dan tidak dapat disebut sedikit negeri ini pernah diterpa badai konflik dan disintegrasi.
Namun, meski masalah kesatuan bangsa ini tidak selalu tuntas diselesaikan, sebagian besar masyarakat Indonesia lebih memilih untuk tetap setia pada cita-cita
yang lebih besar, menjadi Indonesia dibanding berpisah sebagai negara-negara
merdeka.
Kita semua tentu tidak tahu sampai kapan kesatuan bangsa ini akan bertahan. Yang terjadi hingga saat ini, masyarakat dan bangsa Indonesia justru semakin menyadari bahwa lebih
baik bersatu dibanding terpisah-pisah. Tentu saja, dari pengalaman-pengalaman
masa lalu, kita belajar untuk memperbaiki agar kesatuan itu tetap bisa dipertahankan.
*) Tulisan ini merupakan bagian dari buku Indonesia, Zamrud Toleransi. Dimuatnya kembali tulisan ini dalam situs 1001 Indonesia sebagai upaya untuk menyebarkan ide-ide yang terdapat dalam buku tersebut pada khalayak yang lebih luas.