Kapata, Nyanyian Rakyat Maluku Tengah

1212
Tifaakan sebagai penuntun pola ritmis saat pencerita melantunkan kapata.
Tifa digunakan sebagai penuntun pola ritmis saat pencerita melantunkan kapata. (Foto: Kompas.id)

1001indonesia.net – Kapata merupakan tradisi lisan berupa syair yang dinyanyikan dan masih hidup dalam budaya masyarakat Maluku Tengah. Isinya tentang suatu peristiwa sejarah dan bersifat informatif. Kapata dilantunkan dalam bahasa daerah setempat. Pelantunan syair ini merupakan bagian penting dalam ritual adat masyarakat Maluku Tengah.

Di beberapa daerah di Maluku, kapata disebut dengan istilah yang berbeda. Misalnya, di Pulau Aru disebut foruk, di Pulau Buru disebut kabata dan ianfuka, sedangkan di Pulau Seram disebut pasawari.

Kapata memiliki peran penting dalam ritual adat. Syair itu dibacakan dan menjadi bagian dalam acara-acara yang adat yang penting.

Kapata dilantunkan saat pelantikan raja, pelantikan kepala soa, prosesi adat bawa harta, penyambutan tamu, upacara panas pela, saat acara kumpul keluarga, dan acara meminang calon pengantin.

Kapata juga dibacakan saat pagelaran Tari Maku-maku atau Mako-mako, tari pergaulan rakyat Maluku.

Para pencerita melantunkan kapata menggunakan tifa sebagai penuntun pola ritmis. Pada ranah ritual adat, penyajian kapata harus disertai dengan penyajian apapua yang terdiri dari sirih, pinang, tabaku, dan sopi.

Baca juga: Sirih-Pinang dan Filosofi Keselarasan Masyarakat Nusantara

Kapata banyak bercerita tentang kehidupan orang Maluku di masa lampau. Itu sebabnya, syair ini dapat dijadikan sebagai sumber penulisan sejarah Maluku.

Nyanyian rakyat Maluku Tengah ini juga mengandung banyak pesan moral. Hingga kini, beberapa orang, terutama tokoh-tokoh tua atau tokoh-tokoh adat di desa-desa adat (negeri), pada umumnya masih bisa menuturkannya.

Bisa disimpulkan, kapata memiliki peran penting pada domain budaya masyarakat Maluku, yaitu sebagai pendukung ritual adat, pemelihara sejarah, membangun harmoni sosial, pengayaan bahasa dan budaya, pembangkit semangat, serta sebagai sarana pengajaran dan pewarisan nilai-nilai budaya.

Baca juga: Tari Maku-maku, Mempererat Keakraban melalui Gerak Tari

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

16 − 8 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.