Gereja Santo Antonius Purbayan, Gereja Katolik Pertama di Kota Solo

6481
Gereja Santo Antonius Purbayan
Foto: secapramana.com

1001indonesia.net – Di sebelah Balai Kota Solo terdapat tempat ibadah bersejarah. Bangunan yang bernama Gereja Santo Antonius Purbayan tersebut merupakan gereja Katolik pertama di Kota Solo. Gereja ini menjadi awal perkembangan agama Katolik di Kota Solo.

Tidak ada data yang pasti kapan tepatnya gereja berdinding putih ini dibangun. Namun, setiap tahun gereja tersebut memperingati hari jadinya tanggal 13 Juni. Tanggal tersebut merupakan hari santo pelindung gereja yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya itu.

Gereja yang berada di tengah Solo tersebut masih berdiri megah, meski sudah berusia lebih dari satu abad. Bangunan gereja peninggalan Belanda itu terdiri atas beberapa bagian, yaitu gereja pastoran dan bangunan lonceng.

Di sekitar gereja juga terdapat beberapa bangunan kuno lainnya yang masih terjaga keasliannya, seperti Pasar Gede Hardjonagoro, Benteng Vastenburg, Balai Kota Surakarta (bekas Kantor Gubernur Jenderal), Bank Indonesia (dulunya merupakan Javasche Bank), dan Keraton Kasunanan.

Pada Jumat pertama, gereja dipenuhi jemaat. Puncak keramaian adalah pada Bulan Maria dan Natal. Di sini, para pemuda dan pemudi jemaat gereja kerap mengadakan bakti sosial bagi kaum duafa, seperti pembagian sembako murah, nasi murah, dan gerakan kebersihan di sekitar gereja.

Gereja Santo Antonius Purbayan merupakan cikal bakal keberadaan Agama Katolik di Surakarta. Gereja peninggalan Belanda ini dibangun pada bulan November 1916. Lebih dari setengah abad sebelumnya, gereja ini merupakan Stasi Gereja Gedangan Semarang.

Perkembangan Katolik di Surakarta dimulai sejak abad ke-18 ketika misionaris Belanda mulai menyebarkan agama di Pulau Jawa. Sekitar tahun 1859, Solo diakui stasi oleh paroki Ambarawa.

Sekitar tahun 1905, Romo Cornelius Stiphout, seorang pastor asal Belanda, mendapat izin untuk membangun gereja Katolik pertama di Surakarta. Pembangunan ini memakan waktu sekitar 11 tahun (1905-16). Romo Cornelius Stiphout, SJ, kemudian diangkat menjadi pastor paroki gereja tersebut.

Gereja ini kemudian menjadi pusat berbagai kegiatan, di antaranya di bidang pendidikan dengan berdirinya Hollandsch-Inlandsche School (HIS) pada 1921. Sekolah-sekolah Katolik lain kemudian berdiri, seperti SD Kanisius (1921) dan SD Marsudirini (1926).

Konon, di gereja ini, pahlawan nasional Slamet Riyadi dibaptis pada 24 Desember 1949. Gereja ini pernah juga memiliki andil dalam perjuangan bangsa Indonesia dengan menjadi tempat persembunyian bagi para pejuang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

3 × five =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.