1001indonesia.net – Salah satu musik tradisional Nusantara yang masih bertahan hingga saat ini adalah gamelan Bali. Tak lekang oleh zaman dan bahkan terus berkembang, gamelan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat Bali. Sifatnya yang terbuka dengan perkembangan zaman mencerminkan sifat masyarakat Bali yang terbuka terhadap dunia luar.
Gamelan Bali meresapi segenap kehidupan masyarakat Pulau Dewata. Musik tradisional ini mengiringi ritual upacara suci. Gamelan Bali juga dimainkan sebagai pengiring berbagai kesenian khas Bali, seperti dalam tari, drama, dan teater.
Salah satu catatan tertua mengenai gamelan Bali tertulis pada Prasasti Bebetin. Di dalamnya, tertulis gamelan Bali sudah ada setidaknya sejak tahun 896 M. Tentu saja gamelan yang ada saat itu belum sekompleks saat ini.
Gamelan Bali memiliki banyak variasi. Meski demikian, menurut zamannya, gamelan Bali bisa dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu gamelan wayah atau tua, gamelan madya, dan gamelan anyar atau baru.
Gamelan tua adalah gamelan yang lahir sebelum abad ke-15. Secara fisik, perangkat-perangkat gamelan yang terdapat dalam kelompok gamelan tua berukuran kecil.
Gamelan tua didominasi permainan alat-alat yang berbentuk bilahan dan belum dilengkapi kendang. Kalaupun ada kendang, peranannya belum menonjol. Beberapa instrumen pada gamelan tua antara lain gambang, caruk, genggong, selonding, gong luwang, gong bheri, gender wayang, angklung, bebonangan, dan balaganjur.
Sementara gamelan madya adalah gamelan yang lahir antara abad ke-15 sampai abad ke-19. Secara fisik, perangkat gamelan madya sudah lebih besar daripada perangkat gamelan tua. Musik-musik yang dihasilkan oleh kelompok gamelan madya ini sudah diwarnai permainan alat-alat berbilah dan berpencon. Kendang juga sudah dimainkan.
Yang termasuk dalam kategori gamelan madya adalah gamelan pagambuhan, semar pagulingan, gong gede, batel barong, bebarongan, pelehongan, jogged pingitan, dan gong degdog.
Gamelan baru adalah gamelan yang lahir pada abad ke-20 dan sesudahnya. Secara fisik, perangkat-perangkat alat musik pada gamelan baru sudah jauh lebih besar ketimbang gamelan madya. Musik-musik yang dihasilkan gamelan baru sudah mulai didominasi permainan kendang dengan tetap mengedepankan permainan alat-alat berbilah dan berpencon.
Gamelan-gamelan yang masuk kategori gamelan baru antara lain gamelan joged bumbung, jegog, bumbung gebyog, kendang mabarung, gamelan geguntangan, gamelan gong kebyar, gamelan janger, gong suling, dan tektekan.
Adanya jenis baru mencerminkan sifat gamelan Bali yang terus berkembang. Sifat yang membuka diri dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan jati dirinya inilah yang menyebabkan kesenian tradisional khas Pulau Dewata ini terus bertahan dan bahkan berkembang. Sifat ini pula yang kita temui dalam keseharian masyarakat Bali.
Baca juga: Gamelan Nusantara: Jawa, Sunda, dan Bali