1001indonesia.net – Berwarna hitam kecokelatan, dodol betawi biasanya disajikan saat Ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha. Pembuatannya yang membutuhkan kerja sama beberapa orang membuat panganan satu ini mencerminkan kuatnya tradisi gotong royong pada masyarakat Betawi.
Pembuatan dodol betawi tidak banyak membutuhkan bahan baku, hanya ketan, gula merah, gula pasir, dan santan. Bahan-bahan yang bagus akan membuat dodol legit dan tahan lama.
Variasi rasa rasanya pun lebih sedikit daripada dodol dari daerah lain. Rasanya hanya terdiri dari ketan putih, ketan hitam, dan durian.
Akan tetapi, meski bahan bakunya tidak banyak, proses pembuatan dodol betawi termasuk rumit. Semua bahan baku harus dimasak di atas tungku dengan kayu bakar kayu selama 8 jam. Karena proses pembuatannya yang rumit, tidak banyak orang yang ahli membuat dodol betawi.
Selain prosesnya tidak mudah, dodol betawi juga membutuhkan banyak orang dalam proses pembuatannya. Sebab itu, warga bekerja bersama untuk membuatnya, dengan pembagian tugas antara kaum wanita dan laki-laki.
Pertama-tama wanita menyiapkan bahan-bahan; memarut kelapa yang sudah dikupas oleh pria untuk mendapatkan santan; menumbuk beras ketan untuk membuat tepung; dan menuangkan semua campuran bahan ke atas wajan besar (kawa).
Ketika dodol mulai kental, para pria kemudian meneruskan prosesnya pengadukan. Proses mengaduk ini membutuhkan waktu yang lama, antara 8-12 jam tanpa henti dengan menggunakan pengaduk (gelo).
Bahan bakar yang digunakan untuk memasak adalah kayu bakar. Api harus dijaga agar tidak terlalu panas dan tidak mengeluarkan asap. Api yang terlalu besar akan membuat dodol gosong dan masak tidak rata. Asap dapat terserap ke dalam dodol dan membuat rasanya tidak enak.
Dodol yang sudah masak kemudian dituang ke nampan atau tampah untuk didinginkan. Setelah dingin, wanita melakukan tugas akhir memotong dodol jadi kecil-kecil dan membungkusnya.
Saat ini keberadaan makanan khas Betawi ini semakin jarang ditemukan. Namun, masih ada beberapa daerah di Jakarta dan sekitarnya yang masih memproduksi dodol betawi. Di antaranya di komunitas-komunitas warga Betawi, seperti Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.
Baca juga: Tape Uli, Kuliner Berbahan Ketan Khas Masyarakat Betawi