1001indonesia.net – Candi Sawentar terletak di Dukuh Centong, Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar. Lokasinya berada di sebelah timur Kota Blitar. Bangunan berlatar agama Hindu ini berdiri di tepi jalan desa. Berjarak 100 meter ke barat, berdiri Candi Sawentar II.
Candi ini disebut dalam Kitab Nagarakretagama sebagai salah satu tempat yang dikunjungi oleh raja Hayam Wuruk. Bangunan Candi Sawentar bergaya Singasari, yaitu candi yang memiliki bagian-bagian kaki-tubuh-atap candi dengan ruangan candi yang dapat dimasuki dari satu pintu yang biasanya ada di sisi barat.
Atapnya yang menjulang tinggi membuat bentuknya terlihat ramping dan lebih tinggi dari ukuran sebenarnya. Lapisan-lapisan atap tidak terlihat dengan jelas yang kemudian diberi puncak kubus yang memanjang ke atas.
Berada di lereng Gunung Kelud, letak candi ini lebih rendah dari permukaan tanah di sekelilingnya. Candi Sawentar ditemukan kembali oleh P.J. Perquin pada 1915. Saat ditemukan, bangunan candi dalam keadaan rusak dan tertimbun. Candi ini kemudian digali hingga tahun 1920, dan berhasil menampakkan kaki candi yang sebelumnya tak tampak.
Pada 1999, secara tidak sengaja ditemukan kembali struktur bangunan lain di sekitar Candi Sawentar, tepatnya di belakang Pasar Desa Sawentar. Struktur bangunan yang berhasil ditemukan berupa miniatur candi.
Temuan baru ini kemudian disebut dengan nama Candi Sawentar II atau Candi Sawentar Kidul. Saat ini baik Candi Sawentar maupun Candi Sawentar Kidul menjadi bagian dari Kawasan Wisata Candi Sawentar.
Bentuk Candi Sawentar sangat mirip dengan Candi Kidal. Candi ini berdenah dasar persegi dengan luas 9,53 X 6,86 m. Tubuh candi berdiri di atas batur seluas 7 X 7 m2, dengan tinggi sekitar 1,5 m. Tinggi candi sampai ke puncaknya mencapai 10,65 m. Tubuh candi lebih kecil ukurannya dibandingkan dengan kakinya, sehingga terbentuk selasar sempit di sekelilingnya. Pintu candi terletak di sisi barat, diapit oleh relung kecil di kiri dan kanannya.
Di atas ambang pintu maupun relung tidak terdapat hiasan kepala Kala. Kedua relung dalam keadaan kosong tanpa arca. Pada dinding luar tubuh candi, di sisi utara dan selatan juga terdapat relung tempat meletakkan arca yang saat ini dalam keadaan kosong. Berbeda dengan pintunya, justru di atas ambang masing-masing relung ini terdapat pahatan kepala Kala lengkap dengan rahang bawah.
Untuk naik ke atas batur, di depan pintu candi terdapat tangga selebar sekitar 0,5 m. Tangga yang menjorok keluar batur ini dilengkapi dengan pipi tangga yang agak tebal, polos tanpa pahatan, kecuali sepasang kepala naga di kakinya. Dinding luar pipi tangga dihiasi pahatan sayap burung dalam bentuk pola geometris yang khas.
Lantai ruang dalam dan relung di ketiga sisi tubuh candi letaknya sedikit lebih tinggi dari lantai selasar, oleh karenanya di depan pintu dan masing-masing relung terdapat tangga kecil yang juga dilengkapi dengan pipi tangga.
Dalam garba grha, ruangan dalam tubuh candi, terdapat sebuah yoni dengan pahatan garuda pada alasnya. Diduga candi ini digunakan untuk memuja Wishnu, karena garuda merupakan kendaraan Dewa Wisnu. Pada dinding terdapat pahatan bermotif salib Portugis.
Atap candi berbentuk susunan tiga buah kotak persegi empat yang makin ke atas makin mengecil. Pada tepian kotak terdapat pahatan yang tampak seperti tulisan. Di tengah dan sudut masing-masing kotak terdapat hiasan dengan pahatan yang halus.
Puncak atap dalam keadaan rusak. Mungkin kerusakan tersebut disebabkan oleh posisinya yang paling dekat dengan permukaan pada saat candi ini tertimbun tanah.
Perbedaan tingkat kerumitan pahatan di bagian atap dan tubuh bagian atas dibandingkan dengan pahatan di kaki dan tubuh bagian bawah menimbulkan bahwa pembuatan Candi Sawentar belum sepenuhnya selesai.
Belum diketahui kapan tepatnya candi yang dianggap sebagai wujud peralihan tipe candi Jawa Timur lama ke tipe yang lebih akhir. Menurut perkiraan, pembangunannya dilakukan pada awal sampai pertengahan abad ke-13 M.