Candi Mendut, Jejak Kejayaan Wangsa Syailendra

2440
Foto: wikipedia

1001indonesia.net – Candi Mendut berada sekitar 3 kilometer dari Candi Borobudur, tepatnya di Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Dibangun pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra, candi Buddha ini masuk dalam Gugus Candi Borobudur.

Keberadaan Candi Mendut terkait erat dengan Candi Borobudur dan Candi Pawon. Ketiganya dibangun pada periode yang sama dan berada dalam satu garis lurus. Sampai saat ini, ketiga serangkai ini masih berfungsi sebagai pusat penziarahan umat Buddha, terutama saat perayaan hari suci Waisak.

Candi Mendut menghadap ke arah barat daya. Bangunan kuno setinggi 26,4 meter ini memiliki 48 stupa kecil pada tiga tingkat atapnya. Terdapat relief pohon kalpataru yang terpahat pada tubuh candi. Di sekitar candi terdapat pohon beringin dan lapangan yang terbuka bagi masyarakat yang tinggal di daerah sekitar candi. Ini sangat berbeda dengan Candi Borobudur dan Candi Pawon yang lokasinya berdekatan dengan candi Mendut. Halaman kedua candi tersebut tertutup bagi masyarakat umum.

Arca Buddha

Candi Mendut menjadi tempat persembahyangan para biksu yang datang dari luar daerah bahkan dari mancanegara. Bagi umat Buddha, candi Mendut memiliki makna tersendiri. Candi ini memiliki tiga buah arca Buddha yang berukuran besar dan sangat artistik, yaitu Arca Dyani Buddha Cakyamuni atau Vairocana, Arca Buddha Avalokitesvara atau Lokesvara, dan Arca Bodhisatva Vajravani.

Tiga Arca Buddha di Candi Mendut

Arca Dyani Buddha Cakyamuni berada di tengah dan menghadap ke barat. Berposisi duduk dengan kedua kaki menyiku ke bawah dan menapak pada landasan berbentuk bunga teratai. Sikap tangannya disebut dharmacakra mudra yang bermakna gerak memutar dharma.

Sementara Arca Buddha Avalokitesvara yang berada di sebelah utara menghadap ke selatan. Arca ini digambarkan dengan pakaian kebesaran dengan perhiasan di telinga dan leher, mengenakan gelang/kelat bahu, serta memakai mahkota. Posisinya duduk, kaki kiri dilipat ke dalam dan kaki kanan menjuntai ke bawah. Sikap tangannya membentuk vara mudra yang bermakna sedang menyampaikan ajaran.

Terakhir, Arca Bodhisatva Vajravani menghadap ke utara. Digambarkan dengan pakaian kebesaran seperti Arca Buddha Avalokitesvara. Posisinya duduk, kaki kanan dilipat dengan telapak kaki menyentuh paha, kaki kiri menjuntai ke bawah.

Ketiga arca yang tersimpan di bilik candi tersebut disucikan dan menjadi media persembahyangan bagi umat Buddha.

Arsitektur

Tinggi bangunan candi Mendut sekitar 26,4 meter, berdiri di atas dasar candi setinggi 3,7 meter sehingga tampak berwibawa. Bangunan candi terbuat dari batu bata yang ditutupi batu alam. Dasar candi berbentuk bujur sangkar dengan panjang sisi 13,7 meter.

Jumlah tataran naik ada 14 trap, menghadap ke barat laut. Arah hadap ini tidak lazim untuk candi-candi di Jawa Tengah yang umumnya menghadap ke timur. Di dasar candi terdapat lorong yang mengelilingi badan candi selebar 2,48 meter. Bagian atap candi terdiri atas tiga tingkat, dengan hiasan stupa-stupa kecil berjumlah 48 buah.

Dari gambar rekonstruksi, sebenarnya terdapat puncak di candi ini. Sayang, bagian puncak tersebut sampai sekarang belum berhasil direkonstruksi. Batu-batu bangunan candi yang belum berhasil direkonstruksi tertata rapi di pelataran candi di sebelah utara.

Belum dapat dipastikan kapan Candi Mendut dibangun. Namun, Johannes Gijsbertus de Casparis, berdasarkan Prasasti Karangtengah, menduga bahwa bangunan kuno ini dibangun oleh raja pertama dari wangsa Syailendra pada 824 M. Prasasti itu menyebutkan bahwa Raja Indra telah membuat bangunan suci bernama Wenuwana. Casparis mengartikan Wenuwana (hutan bambu) sebagai Candi Mendut. Diperkirakan bangunan Candi Mendut lebih tua dibandingkan Candi Borobudhur.

Seperti Candi Borobudur, candi ini sempat hilang ditelan zaman akibat tertimbun material vulkanis letusan Gunung Merapi. Ketika ditemukan kembali pada 1836, kondisi candi tertutup tanah dan semak belukar. Upaya untuk merekonstruksi Candi Mendut dilakukan pada masa penjajahan Belanda tahun 1897. Pada 1901 sampai 1904, Brandes yang tidak puas dengan hasil itu berupaya untuk memperbaikinya. Namun, pekerjaan itu dihentikan sebelum selesai.

Pada 1908, upaya untuk menyusun ulang candi ini diambil alih oleh Van Erp, bersamaan dengan upaya merekonstruksi Candi Borobudur. Van Erp berhasil merekonstruksi candi ini sampai pada tahap menyusun sebagian atap candi. Pada 1925, beberapa stupa kecil hiasan atap candi berhasil dipasang kembali.

Bangunan Candi Mendut berada dalam garis lurus dengan Candi Pawon dan Candi Borobudur. Dari Candi Pawon, Candi Mendut berjarak 1.150 meter, dan jarak Candi Pawon dengan Candi Borobudur 1.750 meter. Keberadaan ketiga candi tersebut sangat terkait. Sampai saat ini, ketiganya pusat perziarahan umat Buddha yang ramai dikunjungi, terutama pada rangkaian perayaan Hari Suci Waisak.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

7 + 3 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.