1001indonesia.net – Berdiri di lahan seluas 1.000 meter persegi, Candi Kalicilik nampak menonjol di antara bangunan rumah-rumah penduduk di sekitarnya. Candi peninggalan Kerajaan Majapahit ini berada di Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar.
Nama Kalicilik diambil dari bahasa Jawa, kali yang berarti sungai, sedangkan cilik artinya kecil. Dulu di depan candi ada sungai kecil untuk jalur lahar Gunung Kelud
Dengan lebar 6,8 meter dan tinggi mencapai 8,3 meter, bangunan Candi Kalicilik bergaya Singhasari. Bangunan terdiri atas 3 bagian, yaitu atap menjulang, bagian tubuh, dan bagian kaki. Terdapat ruang di bagian tengah bangunan.
Candi ini termasuk bangunan peninggalan Kerajaan Majapahit pada masa Tribhuwana Wijayatunggadewi yang memerintah tahun 1328-1351. Pada pintu masuk candi terdapat pahatan angka tahun 1271 Saka (1349 Masehi).
Di halaman candi, terdapat Arca Mahakala yang merupakan perwujudan Syiwa dalam bentuk Penjaga Candi dan Arca Syiwa Mahaguru. Ini menunjukkan bahwa Candi Kalicilik merupakan peninggalan peradaban Hindu.
Bangunan candi yang terbuat dari bata merah. Ini tergolong istimewa karena sebagian besar candi di Blitar terbuat dari batu andesit. Bahan batu bata mudah lapuk. Sebab itu, pada 1913 dilakukan pemugaran oleh Belanda. Pemugaran dilanjutkan pada 1993 oleh Pemerintah Indonesia untuk mempertahankan bentuk asli candi.
Keberadaan candi di lereng Gunung Kelud ini tercatat dalam buku History of Java karangan Sir Thomas Stamford Raffles. Pada 1815, Gubernur Letnan Hindia Belanda itu menulis Candi Kalicilik dengan nama Candi Genengan. Penyebutan itu diambil Raffles berdasarkan keterangan dari penduduk sekitar candi.
Bangunan bersejarah ini mudah diakses, lokasinya berada persis di pinggir jalan raya. Dari kota Blitar jaraknya sekitar 30 km, tidak sampai 1 jam untuk menempuhnya dengan kendaraan bermotor.
Baca juga: Candi Bajangratu, Jejak Kemegahan Ibu Kota Kerajaan Majapahit