1001indonesia.net – Canang kayu merupakan alat musik tradisional khas Aceh Singkil. Alat musik ini telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda nasional asal Provinsi Aceh.
Mulanya, canang kayu dimainkan sebagai hiburan bagi para petani di sela-sela pekerjaan mereka. Lambat laun alat musik tradisional ini digunakan untuk mengiringi pertunjukan tari tradisional pada berbagai perayaan dan upacara adat.
Canang kayu terbuat dari kayu pohon terentang putih (Campnosperma Auriculatum), dalam bahasa lokal disebut dengan nama kayu cuping-cuping. Pohon cuping-cuping tumbuh subur di daerah rawa dan menyukai tempat-tempat yang tergenang air secara teratur.
Cara membuatnya, kayu cuping-cuping berdiameter 2–3 cm dipotong-potong sepanjang lebih kurang 35–40 cm. Potongan kayu lalu dibelah dua menyerupai bilah-bilah. Untuk mendapatkan nada yang harmonis dan sesuai dengan diinginkan, kayu dipilih dan dipilah dengan teliti.
Termasuk jenis alat musik idiofon, canang kayu terdiri atas 4 buah bilah kayu dengan nada berbeda pada setiap bilahnya. Bilah-bilah itu disusun di atas kotak penyelaras suara, bisa di atas kaki yang diselonjorkan seperti yang dilakukan para petani dulu.
Cara memainkannya dengan memukul bagian tengah bilah kayu menggunakan 2 buah kayu pemukul.
Sebagai alat musik pengiring tarian, canang biasanya dipadukan dengan alat musik lainnya, seperti rapa’i (rebana), gendang dua sisi, dan alat musik ketuk. Alat musik tradisional ini juga dimainkan dalam pertunjukan musik dendang Singkil.
Baca juga: Serune Kalee, Alat Musik Tradisional Khas Aceh