1001indonesia.net – Candi Rimbi terletak di kaki Gunung Anjasmoro, tepatnya di Desa Pulosari, Kecamatan Bareng, Kabupaten Jombang. Candi ini juga sering disebut Cungkup Pulo. Nama Rimbi dikaitkan dengan nama tokoh pewayangan bernama Arimbi, isteri Bima.
Reruntuhan bangunan candi ini ditemukan kembali pada akhir abad ke-19 oleh Alfred Wallace, dalam perjalanannya ke Wonosalam untuk mengumpulkan contoh-contoh tumbuhan.
Candi Rimbi merupakan candi Syiwa, terlihat dari relief yang berisi ajaran Tantri yang terpahat di kaki candi. Diduga candi ini dibangun pada pertengahan abad ke-14, sebagai penghormatan kepada Tribhuwana Tunggadewi Jayawisnuwardhani yang memerintah Majapahit pada tahun 1329-1350.
Dugaan itu didasarkan pada ditemukannya dua buah arca Dewi Parwati, yang diperkirakan merupakan pencerminan Dewi Tribhuwana. Kedua arca tersebut saat ini tersimpan di Museum Trowulan dan Museum Nasional.
Berbeda dengan bangunan peninggalan Majapahit lainnya yang umumnya dibangun dengan material bata merah, hampir seluruh bangunan Candi Rimbi terbuat dari batu andesit. Hanya fondasi candi yang terbuat dari bata merah.
Candi Rimbi menghadap ke barat dengan panjang 13,24 meter, lebar 9,10 meter, dan tinggi 12 meter. Namun, separuh lebih dari tubuh dan atap candi ini telah hancur, seolah teriris secara vertikal. Hanya bagian kaki yang masih dapat dikatakan utuh.
Kaki candi tampak seperti bersusun dua, terbagi oleh pelipit yang menonjol keluar. Bagian kaki yang terletak di atas pelipit agak menjorok ke dalam sehingga ukurannya menjadi kebih kecil dibandingkan dengan kaki bagian bawah. Antara kaki bagian atas dengan tubuh candi juga dibatasi oleh pelipit dengan hiasan yang menonjol keluar di setiap sudutnya.
Tubuh candi juga lebih kecil dibandingkan dengan bagian kakinya, sehingga terlihat seperti terdapat selasar yang mengelilinginya. Saat ini, sebagaimana halnya sebagian atap dan tubuh candi, tangga naik ke selasar juga sudah runtuh, sehingga hanya selasar di sisi selatan yang dapat terlihat dari bawah.
Pada kaki bagian atas maupun dinding luar tubuh candi yang masih tersisa tidak tampak adanya pahatan. Namun, di seputar kaki candi bagian bawah dipenuhi oleh jajaran panel-panel relief cerita-cerita binatang.
Relief itu dipahat dengan teknik datar (wayang style) yang sangat indah dan halus tersebut. Dapat dikatakan relief tersebut masih utuh. Untuk membacanya digunakan teknik prasawiya (berlawanan dengan arah jarum jam), dimulai dari sisi utara.
Di tepi halaman terdapat batu-batu reruntuhan candi yang disusun rapi memagari candi. Di sisi timur, tepat di depan candi, berjajar 3 potongan arca yang menarik perhatian karena ukurannya yang sangat besar. Tinggi masing-masing potongan sekitar 125 cm.
Arca yang terletak di tengah jajaran adalah potongan kepala arca raksasa. Sementara di kiri dan kanannya terdapat potongan arca yang tampak seperti bagian dada sebatas leher.
Candi Rimbi pernah dipugar sekitar tahun 1990. Batu-batu reruntuhan candi dicoba untuk dipasang kembali ke tempatnya semula, tetapi tidak cocok. Batu-batu bagian candi akhirnya diletakkan kembali di sekeliling candi.
Ketika itu, pemugaran hanya berhasil memperbaiki bagian kecil dari bangunan candi, seperti bagian sudut dan relief. Sedangkan atap atau puncak candi tetap dibiarkan seperti semula.
Lokasi candi ini berada di pinggir jalan raya Bareng–Wonosalam, sehingga keberadaannya dapat dilihat secara jelas oleh pengguna jalan. Letaknya yang berada di kaki Gunung Anjasmoro membuat pemandangan alam di sekitar candi ini sangat indah.
Baca juga: Candi Surawana Kediri, Peninggalan Kerajaan Majapahit