Pawai Tatung, Tradisi Ekstrem Hasil Perpaduan Budaya Tionghoa dan Dayak

1835
pawai tatung
Pawai tatung pada perayaan Cap Go Meh 2018 di Singkawang, Kalimantan Barat. (Foto: ANTARA/Jessica Helena Wuysang)

1001indonesia.net – Indonesia memiliki beragam tradisi unik dan ekstrem. Salah satunya adalah pawai tatung yang dimiliki masyarakat Singkawang di Kalimantan Barat. Tradisi yang hanya dilaksanakan sekali dalam setahun itu digelar oleh masyarakat Tionghoa dalam rangkaian perayaan Cap Go Meh.

Singkawang merupakan daerah pecinan. Di kota tersebut, populasi etnis Tionghoa mencapai 42%. Di sana, saat perayaan Cap Go Meh atau hari ke-15 setelah Tahun Baru China, digelar acara pawai yang meriah. Kemeriahan acara tersebut selalu dinanti dan mengundang banyak sekali wisatawan.

Salah satu yang membuat festival Cap Go Meh Singkawang meriah adalah pawai tatung. Atraksi tatung merupakan pertunjukan kekebalan seperti pertunjukan debus di Banten. Dalam atraksi tersebut, para pemain menusuk-nusuk anggota tubuh mereka dengan senjata tajam. Sebuah pertunjukan yang mendebarkan.

Tatung sendiri dalam bahasa Hakka berarti orang yang dirasuki roh dewa atau roh leluhur. Para tatung memiliki kemampuan supranatural untuk merasuki dirinya dengan roh leluhur yang disebut lauya. Dalam keadaan dirasuki roh halus, mereka menjadi kebal terhadap senjata tajam.

Tak sembarang orang bisa menjadi tatung. Kemampuan itu bisa dimiliki melalui keturunan atau peristiwa tertentu. Ada juga yang mempelajari untuk menjadi tatung, melalui tuntunan seorang suhu. Tetapi, pada umumnya, kemampuan menjadi tatung merupakan bawaan lahir.

Pawai Tatung yang ada di Singkawang ini merupakan perpaduan antara budaya Tionghoa dengan budaya lokal. Jadi, di negeri China, tidak ada tradisi seperti yang digelar masyarakat Singkawang itu.

Peserta tatung berpawai dengan tandu yang dipasangi pedang panjang yang tajam berkilat di setiap sisi. Di atas tandu, para peserta bebas menunjukkan berbagai macam atraksi. Ada yang berdiri di atas pedang, ada yang menduduki pedang, dan ada pula yang mengiriskan pedang ke lengan dan lehernya.

Tak hanya itu, ada banyak atraksi menarik lainnya, seperti memasukkan logam panjang mulut. Ajaibnya, sementara penonton ngeri melihatnya, para tatung seakan tak merasakan sakit sama sekali.

Tak hanya satu dua peserta yang unjuk kebolehan. Setiap tahunnya, ada lebih dari 500 tatung memamerkan kesaktiannya. Bahkan, pada tahun 2018 ini, ada 1.145 tatung yang ikut memeriahkan festival Cap Go Meh di Singkawang. Mereka tak hanya datang dari penjuru Kalimantan Barat, tapi juga dari Sambas, Bengkayang, dan Jakarta. Bahkan ada peserta yang datang dari Malaysia.

Tak heran, pawai tatung begitu meriah dan dinanti masyarakat. Pawai itu tak hanya dipadati masyarakat Kalimantan Barat, tapi juga turis mancanegara. Perayaan tersebut juga menjadi momen bagi etnis Tionghoa perantauan untuk mudik ke Singkawang.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

3 × 4 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.