1001indonesia.net – Suku Mentawai memiliki pandangan yang unik dalam menilai kecantikan seorang wanita. Bagi mereka, wanita yang memiliki gigi runcing lebih cantik daripada yang tidak. Untuk itu, suku asli Kepulauan Mentawai itu memiliki tradisi kerik gigi.
Suku Mentawai mendiami empat pulau di sebelah barat Pulau Sumatra, yakni Siberut, Pagai Utara, Pagai Selatan, dan Sipora. Mereka umumnya tinggal di kampung-kampung yang berlokasi di pinggiran sungai atau pantai.
Masyarakat suku Mentawai meyakini tradisi kerik gigi akan menambah kecantikan wanita. Namun, bukan hal yang mengenakkan bagi perempuan Mentawai dalam menjalani ritual tersebut. Mereka harus bisa menahan sakit yang tidak sebentar saat gigi mereka dikerik atau diruncingkan.
Proses mengeriknya sendiri memakan waktu yang relatif cukup lama. Bukan cuma satu gigi yang harus dikerik, melainkan ke-23 gigi wanita. Bisa dibayangkan betapa sakitnya.
Dalam prosesnya, tidak seperti yang biasa digunakan oleh dokter gigi sewaktu melakukan pencabutan gigi, tidak ada obat bius bagi dalam proses peruncingan gigi. Alat yang digunakan pun masih tradisional, terbuat dari besi atau kayu yang sudah diasah hingga tajam.
Masyarakat suku Mentawai percaya bahwa wanita bergigi runcing bernilai lebih baik daripada yang tidak meruncingkan giginya. Selain itu, tradisi ini juga menjadi tanda kedewasaan bagi seorang perempuan.
Di masa silam, para remaja putri suku Mentawai yang beranjak dewasa diharuskan melakukan ritual ini. Seiring waktu, meruncingkan gigi bukan lagi suatu keharusan. Saat ini, wanita suku Mentawai bisa memilih untuk tidak melakukannya.
Lihat juga: Tato Mentawai, Seni Menggambar Tubuh Tertua di Dunia
Seperti upacara ‘Pangkur’ orang Bali.