1001indonesia.net – Kompleks percandian Batujaya dibangun pada sekitar abad V-VII Masehi, lebih tua dari Candi Borobudur. Peninggalan peradaban Buddha di Karawang, Jawa Barat, itu ditemukan tahun 1984. Namun, meski lokasinya hanya 50 km dari DKI Jakarta, peninggalan kuno ini kurang dikenal masyarakat.
Padahal candi Buddha yang merupakan peninggalan dari peradaban kuno di sekitar Sungai Citarum ini sangat istimewa. Menurut Hasan Djafar, belum ada kebudayaan di Indonesia yang setua dan semaju Candi Batujaya (Kompas, 13/07/2013).
Disebut maju karena materi bangunan candi adalah batu bata yang terbuat dari tanah liat dicampur sekam padi, dipanaskan pada suhu 700 derajat celsius dengan kematangan merata. Hasilnya, bata tersebut mampu bertahan hingga sekarang atau lebih dari 1.500 tahun.
Majunya teknologi pembuatan candi juga terlihat dari ditemukannya stuko (wajralepa) di hampir setiap reruntuhan bangunan candi. Stuko adalah semacam plester putih berbahan dasar kapur dan pecahan kerang.
Bahan yang dioleskan pada badan bangunan tersebut pada zamannya merupakan material super dengan kekuatan setara semen beton. Stuko juga dipergunakan sebagai bahan pembuatan ornamen, relief, serta arca.
Selain itu, juga terdapat teknologi beton berupa campuran semen kapur dengan pasir dan batu kerikil yang digunakan memperkeras lantai dan halaman candi serta untuk melapisi bagian atap candi yang berbentuk stupa.
Adanya sekam padi sebagai bahan pembuatan batu bata juga menunjukkan bahwa pada saat itu sudah berkembang sistem pertanian. Hal itu semakin menegaskan majunya masyarakat saat itu.
Kompleks percandian yang terdiri atas 53 candi dan unur bata itu dibangun pada masa Kerajaan Tarumanagara. Peninggalan kuno ini ditemukan oleh tim dari Jurusan Arkeologi Universitas Indonesia (berdasarkan informasi warga) yang saat itu sedang meneliti situs Cibuaya pada 1984.
Sebelumnya, kawasan tersebut hanyalah gundukan-gundukan tanah. Oleh masyarakat setempat, gundukan-gundukan itu disebut dengan istilah unur-unur. Berkat penelitian dan pengembangan arkeologi, unur-unur itu akhirnya berwujud candi.
Sejak tahun 1985, reruntuhan bangunan kuno tersebut mulai dieksvakasi. Beberapa candi besar yang sudah diekskavasi adalah Candi Jiwa dan Candi Blandongan. Kompleks percandian Batujaya dipugar tahun 1996 hingga 2000.
Komplek percandian itu letaknya kurang dari 1 kilometer di sebelah timur Sungai Citarum, sekitar 5-6 kilometer dari garis pantai Laut Jawa. Luas kompleksnya mencapai 5 kilometer persegi atau 500 hektare, mencakup wilayah Desa Segaran, Kecamatan Batujaya, dan Desa Telagajaya, Kecamatan Pakisjaya.
Selain percandian, banyak penemuan lain yang menarik di sini. Di antaranya adalah 16 rangka manusia yang ditemukan tiga kali, yakni 7 rangka (2005), 6 rangka (Mei 2010), dan 3 rangka (Oktober 2014).
Kompleks percandian Batujaya letaknya juga tak jauh dari pantai. Menurut para ahli, Kerajaan Tarumanagara berada di muara Sungai Citarum. Lokasinya yang berada di bantaran sungai dekat dengan pesisir laut sangat strategis untuk membuka perdagangan lintas negara.
Maka tidak heran, di situs ini ditemukan juga barang-barang yang berasal dari China dan India, seperti cermin, peralatan perunggu, gelang loklak, keramik, gerabah arikamendu, dan manik-manik.