Josep Matheus Rudolf Fofid, Mewujudkan Perdamaian di Maluku

1827
Josep Matheus Rudolf Fofid, Mewujudkan Perdamaian di Maluku
Foto: MAARIF Institute

1001indonesia.net – Salah satu tokoh yang penting dalam proses bina damai di Maluku adalah Josep Matheus Rudolf Fofid. Saat meletusnya konflik di Maluku pada 1999, ia kehilangan orang-orang yang dicintai. Ayah dan dua kakaknya meninggal dalam peristiwa itu.

Namun, ia mencoba memahami semua itu. Baginya yang membunuh dan yang dibunuh sejatinya adalah korban. Karenanya ia belajar untuk tidak menyimpan dendam.

Pada saat peristiwa itu terjadi, masyarakat terbelah berdasarkan agama, Muslim dan Kristen. Tidak hanya itu, bantuan kemanusiaan dan media juga terbelah sehingga semakin
memanaskan situasi. Butuh waktu bagi siapa pun untuk memahami situasi saat itu agar tidak terjebak dalam sentimen kelompok.

Ia yang kebetulan saat itu berprofesi sebagai wartawan Suara Maluku mengajak rekan-rekan lain lintas agama untuk tidak terjebak dalam sentimen kelompok dan mencoba
merumuskan kode jurnalistik yang tidak partisan. Bahasa yang digunakan dipilih agar tidak membuat pihak-pihak tertentu semakin terbakar kebencian dan permusuhan.

Ia juga mencoba merangkul semua pihak untuk terlibat dalam menyebarkan benih-benih
perdamaian di kelompoknya masing-masing. Dalam melakukan itu, ia harus menghadapi ancaman dari pihak-pihak yang berseteru.

Bukan hal mudah untuk membangun kepercayaan di tengah masyarakat yang saling konflik. Namun, karena kerja keras dan kepercayaan bahwa masih ada yang bisa diajak untuk membina perdamaian, perjuangannya membuahkan hasil. Jaringan komunitas
lintas imannya menyebar dan setiap jaringan terus mengabarkan pesan kasih kepada semua.

Setelah konflik berakhir, ia masih tetap aktif menjaga perdamaian di Maluku. Dalam pandangannya, konflik bisa terjadi setiap saat dan bisa bermula dari hal yang remeh-temeh. Melalui upayanya ini ia ingin agar masyarakat Maluku lebih siap mengelola keragaman dan tidak lagi bisa diprovokasi untuk membenci kelompok lain.

Karena komitmennya yang terus berkelanjutan dalam menyebarkan perdamaian ia
pernah diberi penghargaan Maarif Award, penghargaan yang diberikan oleh Maarif Institute, sebuah lembaga yang bergerak di bidang kebudayaan dalam konteks keislaman, kemanusiaan, dan keindonesiaan yang didirikan oleh mantan Ketua Umum Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif.

*) Tulisan ini merupakan bagian dari buku Indonesia, Zamrud ToleransiDimuatnya kembali tulisan ini dalam situs 1001 Indonesia sebagai upaya untuk menyebarkan ide-ide yang terdapat dalam buku tersebut pada khalayak yang lebih luas.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

11 − nine =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.