1001indonesia.net – Masjid Pathok Negara Dongkelan atau Masjid Nurul Huda Dongkelan adalah salah satu masjid pancering bumi yang terletak di sisi barat Keraton Yogyakarta. Konon, selain berfungsi sebagai syiar agama, masjid ini berfungsi sebagai benteng pertahanan untuk menangkal serangan musuh pada zaman kolonial Belanda.
Masjid Nurul Huda Dongkelan terletak di Dusun Dongkelan Kauman, Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Masjid ini dibangun pada tahun 1775, bersamaan dengan dibangunnya serambi Masjid Gedhe Kauman.
Sejarah masjid ini erat kaitannya dengan peristiwa terjadinya konflik antara Sri Sultan Hamengkubuwana I dengan Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa yang naik tahta dengan gelar KGPAA Mangkunegara I. Kiai Sihabuddin diminta bantuan untuk menyelesaikan konflik tersebut tanpa melukai Pangeran Sambernyawa.
Setelah berhasil menyelesaikan konflik, Kiai Sihabuddin yang ahli fiqih diangkat menjadi pejabat Pathok Negoro. Kemudian dibangun sebuah masjid pathok negoro untuk Kiai Sihabuddin di sebelah barat sungai Winongo.
Pada saat Perang Diponegoro, masjid ini pernah dibakar habis oleh Belanda karena dianggap sebagai markas para pejuang dan tempat perekrutan pejuang baru untuk melawan Belanda. Pada saat itu yang tersisa hanyalah batu penyangga tiang (umpak) masjid.
Setelah perang Diponegoro selesai, warga dan pihak Keraton Kasultanan Yogyakarta membangun kembali masjid tersebut dengan sangat sederhana. Atap masjid berbahan ijuk, sedangkan mustaka masjid terbuat dari tanah.
Pada 1901 atau masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono VII, masjid tersebut dibangun kembali. Bentuk bangunan masjid dibuat seperti semula. Pada 1948, bangunan masjid kembali direnovasi dengan membangun serambi masjid.
Usia Masjid Pathok Negara Dongkelan kini hampir 2,5 abad. Setelah masa revolusi usai, masjid ini tidak lagi berfungsi sebagai pertahanan, melainkan hanya untuk kegiatan keagamaan saja, seperti beribadah, pengajian, dan peringatan hari-hari besar keagamaan.