1001indonesia.net – Petani Jawa merupakan bagian dari masyarakat agraris Nusantara yang sejak dulu sudah memiliki tradisi menanam padi. Di masa silam, pertanian dilakukan dengan cara manual. Petani masih menggunakan alat pertanian tradisional.
Perkembangan teknologi pertanian membuat beberapa alat pertanian tradisional ditinggalkan dan diganti dengan peralatan modern menggunakan mesin. Meski demikian, di beberapa tempat yang masih memegang teguh nilai-nilai tradisi, alat pertanian tradisional, seperti ani-ani yang dinilai tidak efektif untuk memanen padi, masih digunakan.
Berikut beberapa alat pertanian tradisional yang digunakan petani di Pulau Jawa.
Ani-ani
Ani-ani atau ketam adalah pisau kecil yang digunakan untuk memanen padi. Alat ini digunakan untuk memotong tangkai padi satu per satu.
Panen menggunakan ani-ani memang melelahkan dan memakan banyak waktu, namun bulir padi yang belum masak atau masih hijau tidak akan ikut terpotong. Berbeda dengan arit yang memotong semua batang padi tanpa bisa memilah padi yang belum dan sudah masak.
Ani-ani masih digunakan oleh masyarakat adat Sunda dan Jawa yang masih memegang teguh adat tradisinya. Masyarakat adat tradisional Sunda, misalnya, percaya bahwa padi merupakan perwujudan dari Nyi Pohaci Sanghyang Asri yang merupakan dewi padi dan kesuburan sehingga harus diperlakukan dengan hormat dan lembut. Sebab itu, padi harus dipotong satu per satu, tidak boleh dibabat secara kasar begitu saja.
Arit atau Sabit
Arit sejenis pisau berbentuk melengkung seperti bulan sabit. Alat ini menggantikan ani-ani sebagai alat untuk memanen padi karena dinilai lebih cepat dan lebih mudah digunakan.
Gagang arit terbuat dari kayu. Bagian dalam lengkungannya tajam. Lengkungan tersebut memudahkan proses pemotongan padi.
Arit biasa digunakan untuk memotong berbagai jenis rumput dan digunakan juga untuk memanen padi. Ada jenis arit biasa dan ada pula yang bergerigi. Arit bergerigi digunakan untuk memotong tanaman.
Cangkul
Cangkul dibuat dari lempeng besi diberi tangkai panjang sebagai pegangan. Alat ini digunakan untuk menggali, mengaduk, dan membersihkan tanah dari rumput. Saat ini, sebagian peran cangkul dalam pertanian digantikan oleh bajak.
Bakul
Bakul atau boboko (Sunda) dibuat dari bambu atau rotan yang dianyam. Mulut bakul berbentuk lingkaran, sedangkan bagian bawahnya berbentuk segi empat dengan ukuran lebih kecil dibandingkan bagian mulut.
Biasanya bakul digunakan sebagai tempat penampungan padi sementara sebelum dimasukkan ke kantong, bisa juga untuk mengangkut padi yang telah dijemur.
Bakul yang berukuran kecil digunakan sebagai tempat nasi.
Gebotan
Setelah padi diarit, langkah selanjutnya adalah dijemur. Agar penjemuran berlangsung singkat dan menghemat tempat, gabah harus dipisahkan dari malai dengan cara merontokkannya.
Perontokan biasanya dilakukan dengan cara manual, yang disebut dengan pengebotan. Gabah bersama malainya tersebut digebot atau dipukulkan pada sebuah papan bercelah yang terbuat dari bambu atau kayu.
Lumpang dan lesung
Lumpang dan lesung terbuat dari kayu atau batu. Bedanya, lesung merupakan lumpang yang berbentuk panjang menyerupai perahu. Keduanya berfungsi untuk memisahkan kulit gabah dari beras dengan cara menumbuknya. Penumbukan di lumpang menggunakan alu yang terbuat dari kayu.
Nyiru
Nyiru terbuat dari anyaman bambu yang berbentuk bulat pipih. Alat ini digunakan untuk memisahkan gabah dari kotoran, termasuk gabah yang gabuk (tidak ada isinya).
Proses pembersihan dilakukan dengan cara menggoyangkan nyiru ke atas-bawah atau ke kiri-kanan, dilakukan setelah gabah kering.
Bajak
Bajak digunakan untuk menggemburkan tanah sebagai persiapan penanaman bibit. Bajak ditarik oleh kerbau, lembu, atau kuda. Jalannya dikendalikan oleh tali kekang pada hewan penarik.
Garu
Garu berbentuk seperti sisir. Fungsinya untuk meratakan tanah setelah dicangkul atau dibajak agar mudah ditanami dan terlihat rapi.
Sama seperti bajak, garu tradisional ditarik oleh kerbau, lembu, atau kuda. Saat ini, garu dan bajak dengan hewan penarik sudah digantikan dengan mesin.