I Made Terip, Seniman Gamelan Bali yang Mendunia

6161
I Made Terip
I Made Terip (Foto: KOMPAS/COKORDA YUDISTIRA)

1001indonesia.net – I Made Terip adalah seniman gamelan Bali yang telah melanglang buana. Ia dikenal sebagai musisi komponis musik tradisional Bali dan aktif pentas di berbagai negara. Terip bahkan pernah menjadi dosen tamu di beberapa kampus di negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang.

Ia juga ahli membuat alat musik tradisional Bali, terutama rindik dan jegog—alat musik tradisional Bali yang terbuat dari bambu. Alat musik gamelan hasil karyanya menjadi koleksi museum di Swis, Austria, dan Jepang.

I Made Terip berasal dari Desa Munduk, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali. Sejak masa anak-anak, ia telah mengasah bakatnya dengan bergabung dalam kelompok gamelan tari jogeg, seni tari khas Desa Munduk. Apalagi di dalam darahnya memang mengalir darah seniman.

Buyut, kakek, hingga ayahnya adalah seniman tradisional Bali di Desa Munduk. Kakeknya, I Nengah Cerita, adalah penabuh kendang. Bahkan, kakek buyutnya, I Wayan Djada, adalah perbekel (kepala) Desa Munduk yang dikenal juga sebagai penulis lontar dan seniman karawitan. Tabuh Gending Sekatian karya Djada dilestarikan di desa setempat. Tabuh Sekatian biasanya dimainkan saat piodalan (upacara perayaan) pura atau upacara Dewa Yadnya.

Terlahir dalam keluarga seniman membuat Terip terbiasa mendengarkan suara gamelan sejak masih anak-anak. Bakatnya diasah dengan berlatih dan berinteraksi dengan lingkungannya serta berdoa. Salah satu kunci tingginya kreativitas kesenian masyarakat Bali adalah ritual keagamaannya yang dipercaya meningkatkan kecerdasan dan daya cipta manusianya.

Terip belajar memainkan gamelan tradisional Bali, rindik. Alat musik ini dibuat dari bilah-bilah bambu. Umumnya alat musik tabuh ini terdiri atas sebelas bilah. Dengan bakat dan keahlian yang dimilikinya, Terip sudah dipercaya mengajar gamelan dan tari ketika duduk di kelas III sekolah dasar. Selain ahli menabuh, Terip juga bisa membuat rindik.

Rindik merupakan alat musik tradisional Bali yang terbuat dari bilah-bilah bambu. (Foto: negerikuindonesia.com)
Rindik merupakan alat musik tradisional Bali yang terbuat dari bilah-bilah bambu. (Foto: negerikuindonesia.com)

Rencananya, Terip akan meneruskan sekolah ke Konservatori Karawitan (Kokar) di Denpasar setelah ia menamatkan pendidikan setara sekolah menengah pertama di desanya. Namun, Putu Togog, ayahnya, melarang anak keduanya itu pergi ke Denpasar. Terip muda akhirnya tetap tinggal di desanya. Ia belajar gamelan di kelompok seni di sekitar desa tempatnya tinggal.

Selain mahir menabuh rindik, Terip juga andal memainkan gamelan gender wayang dan membuat komposisi tabuh gong. Berbeda dengan rindik dari bambu, gender terbuat dari bilah-bilah logam. Terdiri atas sepuluh bilah atau lebih, alat musik ini sering dibuat sepasang sebagai pengiring pentas wayang.

Terip bertemu dan bersahabat dengan seniman dari Tampaksiring, Gianyar, I Made Pasek Tempo. Keduanya tampil dalam pergelaran kesenian serangkaian misi kebudayaan Bali di Italia pada 1981. Pada 1984, Terip berkeliling kawasan Asia, mulai dari Brunei, Malaysia, hingga Kamboja.

Menjadi Dosen Tamu

Perjalanan ke berbagai negara membuat nama I Made Terip dikenal di dunia internasional. Sejak 1989, sejumlah seniman mancanegara bahkan mengunjungi Desa Munduk untuk menggali ilmu darinya. Seniman-seniman dari Eropa, Australia, dan negara lain belajar dan berlatih gamelan gender atau rindik dari Terip. Kedatangan orang-orang dari berbagai bangsa itu berimbas pada Desa Munduk yang kemudian dikenal sebagai desa wisata di Buleleng.

Pada 1998, Terip bersama lima seniman Bali tampil berkolaborasi dalam proyek musik dengan seniman Prancis dalam pagelaran seni kontemporer di Denmark. Ia memainkan gamelan tradisional Bali.

Setelah itu, beberapa kali Terip diundang sebagai pengajar tamu di luar negeri. Salah satunya di Universitas Strasbourg, Prancis, pada 1999–2002. Pada 2004–2005, seniman itu juga melatih kelompok Gamelan Sekar Jaya di Amerika Serikat. Ia juga pernah mengajar di Institut Seni Indonesia Bali.

Tidak sedikit seniman yang dilatih Terip dalam bidang gamelan Bali kemudian menjadi profesor di bidang seni. Ia sendiri pernah dipanggil profesor. Namun, dengan rendah hati, Terip menolak panggilan itu. Alasannya, dia hanya lulusan SMP.

Sebagai seorang komponis, Terip menghasilkan komposisi gamelan jegog kreasi, yakni tabuh Cretnong. Tabuh kreasi itu terinspirasi dari suara nongcret atau tonggeret. Seniman itu tergugah dengan jegog, ensambel bambu dari Jembrana, yang bertenaga dan dinamis. Terip mengatakan ia tidak pernah membuat notasi untuk gamelannya.

Ketika mendapatkan inspirasi, Terip langsung memainkannya dengan alat musik. Cara seperti ini membuatnya kadang merasa kesulitan saat diminta mengulangi komposisi gamelan yang dibuatnya secara seketika. Hal ini terjadi terutama ketika ia mengajar musisi asing. Seniman asing biasanya bekerja rapi dalam menyiapkan notasi dan komposisi.

Untuk mengatasi masalah ini, Terip biasanya meminta agar komposisi gamelan yang baru dibuatnya direkam. Dengan pendekatan ini, ia lebih mudah mengulang tabuh gamelan itu. Saat melatih sakeaa (grup) gamelan, ia minta pendampingnya untuk merekam.

Salah satu komposisi yang digarap Terip adalah Gading Kasturi, yakni tabuh gong kebyar. Gong kebyar adalah ensambel karawitan Bali yang memiliki karakter dinamis dan muncul di Buleleng sekitar satu abad silam.

Pengabdian

Di desanya, I Made Terip membentuk grup kesenian yang diberi nama Sanggar Tri Pitaka. Grup kesenian ini pernah tampil di Prancis dan Belanda. Mereka juga pernah menjuarai festival gong kebyar di Denpasar pada 2010.

Meskipun sudah berpengalaman di pentas internasional dan mengajar seniman asing, Terip tidak melupakan komunitas seni di desanya. Terip juga melatih kelompok gamelan gong kebyar perempuan di desa Gobleg dan desa Mayong, Buleleng. Ia berharap para seniman yang mengembangkan seni kreasi tetap mau melestarikan seni klasik yang mencirikan tradisi Bali. Ia merasa bahagia saat menyaksikan anak muda mau melestarikan tradisi kesenian Bali.

Pengabdian Terip untuk seni karawitan, terutama gamelan, membuatnya diganjar beberapa penghargaan seni. Salah satunya adalah Dharma Kusuma dari Pemerintah Provinsi Bali pada 2006. Sebelumnya, ia juga menerima penghargaan seni Wija Kusuma dari Pemerintah Kabupaten Buleleng pada 2005.

Sumber:

  • http://balibluekarmaresort.blogspot.co.id/2014/08/made-terip-is-autodidact-musician-and.html
  • Kompas, Kamis, 8 Desember 2016.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

one × 2 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.