Kakiceran, Berkumpulnya Muda-Mudi Lampung Saat Idul Fitri

775
Kakiceran
Masyarakat di wilayah Puguh, Lampung, mengadakan kakiceran untuk mempererat tali silaturahmi saat Idul Fitri. (Foto: Kominfo Pesisir Barat)

1001indonesia.net – Pemuda dan pemudi Lampung memiliki cara tersendiri dalam merayakan Idul Fitri. Mereka berkumpul untuk bersilaturahmi dengan mengadakan festival tari antar-pekon (desa). Masyarakat setempat menamai tradisi ini kakiceran.

Kakiceran hanya terdapat di wilayah Pugung. Letaknya di dua kecamatan, yakni Pesisir Utara dan Lemong di Kabupaten Pesisir Barat. Dalam bahasa setempat, kicer berarti suara berisik yang disebabkan suara tetabuhan rebana.

Kakiceran telah berlangsung sejak tahun 1800-an. Mulanya sebagai ajang berkumpul dan menari serta perkumpulan tokoh-tokoh untuk menyusun strategi perang. Seiring waktu, kakiceran berkembang sebagai kegiatan silaturahmi muda-mudi melalui festival tari dalam rangka merayakan Idul Fitri.

Baca juga: Tari Seka, Tarian Tradisional dari Maluku Barat Daya

Pelaksanaan tradisi ini berlangsung dalam tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan penutupan. Perencanaan acara dilakukan pada malam 10 Ramadhan. Pada malam itu, ketua bujang dari masing-masing pekon berkumpul di lamban gedung untuk membahas pelaksanaan kakiceran.

Kakiceran biasanya diselenggarakan dari tanggal 1 sampai 7 Syawal atau selama satu minggu. Acara dilaksanakan pada malam hari. Kakiceran diikuti penari yang mewakili setiap pekon dari tiga marga adat, yaitu Pugung Malaya, Pugung Penengahan, dan Pugung Tampak atau Pugung Krui.

Saat itu dilaksanakanlah lomba tari antar-pekon yang mewakili tiga marga. Para penari menampilkan tarian adat dan tarian cipta dengan iringan rebana.

Sampai saat ini, tradisi yang sangat bermanfaat dalam mempererat tali silaturahmi warga antar-pekon ini masih berlangsung dan menjadi kebanggaan masyarakat di Kabupaten Pesisir Barat.

Pada 2016, kakiceran ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTB) Indonesia dari Provinsi Lampung.

Baca juga: Tradisi Badha Kupat di Kudus Memang Beda

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

fifteen + 15 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.