Calempong Oguong, Musik Tradisional dari Kabupaten Kampar

1396
Calempong Oguong
Foto: pariwisataindonesia.id

1001indonesia.net – Calempong oguong adalah salah satu seni musik tradisi dari Kabupaten Kampar, Riau. Kesenian musik ini sudah ada sebelum masuknya Islam dan menyebar luas pada abad ke-16.

Calempong oguong (gong) mirip dengan talempong yang ada di daerah Sumatera Barat. Namun, calempong Kampar memiliki kekhasan tradisi dan asal usul yang berbeda. Selain itu, improvisasi (nada hiasan/krenek melodi) serta peningkah yang digunakan juga tidak sama.

Dilansir dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, tidak ada unsur-unsur budaya Arab atau melodi dari daratan Asia pada komposisi bunyi dan instrumen calempong oguong. Ini berarti kesenian musik ini sudah ada sebelum masuknya Islam pada sekitar abad ke-13.

Pada awalnya, masyarakat di wilayah Kampar membuat instrumen bunyi-bunyian dari kayu atau bambu, namanya gambang. Seiring waktu, setelah berkembang industri logam Asia, alat musik ini kemudian dibuat dari logam.

Musik calempong oguong dihasilkan dari perpaduan tiga alat musik, yaitu calempong, ketepak, dan gong. Calempong merupakan alat musik perkusi yang terbuat dari logam. Bentuknya hampir sama dengan instrumen bonang dalam perangkat gamelan. Calempong yang digunakan ada enam, dengan nada tinggi hingga menengah. Alat ini diletakkan di atas kotak kayu.

Baca: Gamelan Nusantara: Jawa, Sunda, dan Bali

Adapun ketepak merupakan alat musik perkusi berbentuk bulat dengan permukaannya terbuat dari kulit kambing yang dirajut dengan rotan. Alat musik ini ditabuh menggunakan jari atau juga dengan rotan.

Gong yang digunakan terbuat dari logam dengan bentuk bulat berongga. Dalam satu permainan calempong biasanya menggunakan dua buah gong.

Pemain calempong oguong tradisi terdiri dari lima orang, yakni penggolong dan peningkah memainkan instrumen enam buah celempong, gondang peningka dua orang memainkan instrumen ketepak dasar dan ketepak bungo, serta seorang pemukul gong.

Di Limo Koto, calempong oguong dimainkan pada malam hari sehingga hanya dilakukan oleh laki-laki. Sedangkan di daerah Kampar Kiri, Kampar Kanan, dan XIII Koto Kampar, calempong oguong dimainkan oleh perempuan pada siang hari.

Calempong menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Kampar. Musik tradisional ini dianggap sebagai perlambangan struktur sosial dalam masyarakat Kampar. Calempong melambangkan kaum pendatang, ketepak melambangkan penduduk lokal, sedangkan gong melambangkan Ninik Mamak atau pemimpin suku.

Musik tradisional ini juga melambangkan persatuan masyarakat yang mengadakan musyawarah untuk menentukan suatu keputusan bersama.

Susunan nada calempong yang semakin ke tengah semakin tinggi dimaknai sebagai bentuk kekuatan magis yang memiliki jiwa dan raga seperti manusia. Selain itu, calempong yang berada di tengah diumpamakan seperti posisi jantung dalam tubuh manusia.

Pada 2016, kesenian musik tradisional ini telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Kemdikbud sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) nasional.

Baca juga: Canang Kayu, Alat Musik Tradisional dari Aceh Singkil

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

10 − one =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.