Mengenal Wayang Topeng Malang

1100
Wayang Topeng Malang
Pertunjukan Wayang Topeng Malang (Foto: kominfo.jatimprov.go.id)

1001indonesia.net – Wayang Topeng Malang merupakan seni tradisi berupa drama dan tari yang dinarasikan seorang dalang dengan iringan musik gamelan. Kisah yang dibawakan umumnya cerita Panji. Seperti namanya, semua penari mengenakan topeng di wajahnya.

Karena kesenian wayang topeng hampir selalu membawakan lakon Panji, orang sering kali mengidentikkan keduanya. Sebenarnya wayang topeng tidak hanya mengisahkan lakon Panji, tetapi juga kisah-kisah yang bersumber dari wayang kulit purwa.

Diperkirakan, wayang topeng sudah ada sejak zaman Kerajaan Kanjuruhan di bawah pemerintahan Raja Gajayana pada sekitar abad ke-8 M. Kala itu, wayang topeng mengisahkan cerita tentang Dewata, pertapaan, kesaktian, kahyangan, kematian, dan muksa. Wayang topeng juga mengambil kisah-kisah dari Ramayana dan Mahabharata.

Baca juga: Cerita Panji Didaftarkan sebagai Ingatan Kolektif Dunia di UNESCO

Seperti umumnya kesenian tradisional di Nusantara, wayang topeng tak sekadar mengenai keindahan, tetapi juga memiliki fungsi spiritual. Pada mulanya, kesenian topeng tidak diperuntukkan sebagai pertunjukan seperti sekarang ini.

Waktu itu, topeng terbuat dari batu dan menjadi bagian dari ritual persembahyangan. Wayang topeng digunakan sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan leluhur.

Barulah pada masa Raja Erlangga dari Kerajaan Kahuripan, kesenian topeng dikonstruksi menjadi kesenian tari. Kala itu topeng digunakan untuk mendukung fleksibilitas si penari. Para penari dapat memerankan berbagai tokoh dengan hanya mengganti topeng, tanpa mengubah riasan.

Sementara Kisah Panji, meski tidak diketahui asal muasalnya dengan pasti, tetapi jelas latar belakang ceritanya adalah Kerajaan Kediri. Kisah Panji semakin berkembang ketika Raja Kertanagera dari Singhasari menggunakannya sebagai sarana untuk membangun legitimasi kekuasaan kerajaannya. Kertanegara menginginkan Singhasari menjadi kekuasaan yang sangat besar di tanah Jawa.

Kesenian wayang topeng kemudian mencapai puncak kepopulerannya pada masa Kerajaan Majapahit. Relief di candi-candi peninggalan Kerajaan Majapahit rata-rata mengisahkan cerita Panji. Hal ini menunjukkan bahwa Kisah Panji begitu populer pada masa itu.

Pada saat agama Islam mulai berkembang di Jawa, pertunjukan wayang dan Kisah Panji digunakan oleh Wali Sanga sebagai sarana dakwah.

Menurut Debbi Candra Dianto, dalam Serat Sastramiruda terungkap bahwa Sunan Giri mengadopsi lakon Panji dari Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala untuk pertunjukan wayang gedog. Berdasarkan karakter-karakter yang ada di dalam pertunjukan wayang gedog, Sunan Kalijaga kemudian menciptakan topeng Panji pada 1508.

Saat ini, salah satu sanggar seni yang aktif merawat kesenian Wayang Topeng Malang adalah Pedepokan Wayang Topeng Malangan Asmoro Bangun. Padepokan itu berada di Dusun Kedungmonggo, Desa Karangpandan, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang.

Sanggar seni tersebut dipimpin oleh Tri Handoyo, cucu maestro topeng Karimun (Mbah Mun) yang telah meninggal pada 2010. Di tempat itu, anak-anak belajar menari topeng.

Anggota Asmoro Bangun sering melakukan pementasan. Tak hanya itu, mereka juga memproduksi beragam cendera mata bernuansa topeng Malang, khususnya topeng Panji.

Baca juga: Wayang Kulit Sasak, Seni Pertunjukan Tradisional dari NTB

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

1 × 5 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.