1001indonesia.net – Sementara di daerah lain, kebiasaan “memakan” sirih pinang sudah surut, tidak demikian halnya dengan masyarakat Papua. Di sana, sirih pinang menjadi menu sehari-hari, dimakan sebagai cemilan untuk segala usia.
Di Papua, balita bahkan ikut memakan sirih pinang. Sebelumnya, ibu akan mengunyah buah pinang terlebih dulu dan kemudian diberikan kepada anaknya.
Hal yang sedikit berbeda dengan daerah lainnya adalah yang dimakan dengan pinang bukanlah daun sirih, melainkan buahnya. Di Papua, buah sirih dimakan bersama pinang dan kapur.
Saking populernya, ada istilah pinang ojek di Papua. Pinang ojek merupakan satu paket pinang yang dijual eceran berisi pinang, buah sirih, dan kapur.
Dilansir dari Tempo.co, kebiasaan makan pinang pertama kali dikenalkan ke masyarakat Papua oleh orang Austronesia, sekitar 3000 tahun yang lalu.
Pada mulanya budaya makan pinang hanya dikenal di pesisir dan pulau-pulau lepas pantai Papua. Kemudian kebiasaan ini menyebar hingga ke pegunungan Papua.
Para pelajar dari pegunungan Papua yang belajar di Kota Jayapura mencoba mengikuti kebiasaan makan sirih pinang. Saat pulang ke kampung halaman, mereka memperkenalkan kebiasaan itu.
Sebagai informasi, pohon pinang tidak bisa tumbuh di daerah pegunungan Papua. Karena itu, biasanya berkarung-karung buah pinang dikirim dari Sentani Jayapura ke pegunungan Papua dengan menggunakan pesawat kargo.
Baca juga: Sirih dalam Budaya Jawa: Sebagai Makanan, obat, dan Uborampe Upacara Adat
Sama seperti daerah lainnya, salah satu alasan masyarakat Papua juga gemar mengunyah sirih pinang karena khasiatnya. Menyirih pinang dapat menguatkan gigi, menambah stamina, baik untuk rahim perempuan, dan dipercaya merapatkan alat kelamin perempuan.
Selain itu, mereka juga menikmati sensasi rasa manis keasaman seperti rasa pasta gigi. Sebagian masyarakat Papua bahkan mengatakan, tidak ada makanan atau bumbu lain yang rasanya menandingi buah pinang. Saking sukanya, mereka bahkan merasa apabila mereka tidak mengunyahnya, seperti ada yang kurang dalam hidup mereka.
Saat mengunyah pinang, biasanya masyarakat Papua akan membuang ludah hasil kunyahanya hingga tiga kali. Jika ludah pertama ditelan, akan mambuat pusing dan muntah. Setelah melakukan tiga kali pengunyahan, barulah daging pinang dicocol ke sirih dan kapur, lalu dikunyah kembali.
Di Papua, sirih pinang berfungsi sebagai makanan penutup untuk menghilangkan rasa amis setelah mengonsumsi ikan. Selain itu, seperti di daerah lainnya, sirih pinang juga memiliki fungsi sosial, yaitu sebagai makanan ramah tamah. Menyirih bersama membuat suasana menjadi semakin akrab.