Aksara Nusantara, Kekayaan Tradisi Tulisan Bangsa Indonesia

7181
Aksara Nusantara, Kekayaan Tradisi Tulisan Bangsa Indonesia
Aksara Pallawa dan sejumlah aksara Nusantara. (Foto: wikipedia)

1001indonesia.net – Posisi kepulauan Nusantara sebagai jalur perdagangan membuatnya ramai dikunjungi orang dari bermacam negara dan budaya. Orang-orang dari teluk Persia hingga bangsa-bangsa Tiongkok datang ke Nusantara. Terjadilah pertemuan dan pertukaran antarbudaya yang berbeda yang berlangsung hingga ribuan tahun. Hal ini membuat budaya Nusantara begitu kaya, termasuk bahasanya yang sangat beranekaragam. Dan, di antara suku bangsa yang mengembangkan bahasanya sendiri, sebagian juga mengembangkan aksara. Kita menyebut aksara hasil olah-padu berbagai budaya tersebut sebagai aksara Nusantara.

Penggunaan aksara Nusantara dalam tradisi tulis sudah berlangsung sejak ribuan tahun lalu. Selama itu, berbagai aksara telah tercipta mengingat setiap etnik dapat mengembangkan tradisi tulisannya sendiri. Kuatnya tradisi tulisan Nusantara tampak dari berbagai cerita tentang tulisan yang ada. Cerita-cerita tersebut menggambarkan minat masyarakat Nusantara pada kekuatan kata-kata tertulis.

Aksara Nusantara ditulis dengan media prasasti dan naskah. Media tulis prasasti biasanya terbuat dari batu, kayu, tanduk hewan, lempengan logam tertentu. Tulisan dibuat dengan alat pahat. Sementara media naskah menggunakan bahan daun lontar, daun nipah, janur, bilah bambu, kulit kayu, kertas, dan kain. Tulisan pada naskah dibuat dengan alat tulis berupa pisau, pena, dan tinta.

Aksara-aksara Nusantara tidaklah bersifat statis, tapi tumbuh, berkembang, dan punah seiring gerak zaman. Banyak aksara Nusantara yang telah punah dan digantikan dengan yang baru. Kegiatan intelektual dan kemampuan seni artistik masyarakat Nusantara yang terus hidup dan berkembang menjadi penyebabnya.

Dalam hal ini, yang dimaksud sebagai aksara Nusantara adalah aksara-aksara yang digunakan masyarakat Nusantara sebelum dikenalnya aksara Arab dan alfabet Latin. Sebagian besar ahli berpendapat bahwa perkembangan aksara Nusantara seiring dengan perkembangan agama Hindu dan Buddha di Nusantara.

Setidaknya sejak abad ke-4, wilayah Nusantara telah mengenal tradisi tulis. Aksara yang digunakan oleh masyarakat Nusantara saat itu adalah aksara Pallawa yang berasal dari India Selatan. Hal ini didasarkan atas temuan prasasti-prasasti dari kerajaan Kutai (Kalimantan) dan Tarumanegara (Jawa Barat). Huruf Pallawa ini menduduki posisi penting dalam sejarah aksara Nusantara karena memengaruhi perkembangan beberapa aksara setelahnya.

Beberapa temuan lain bahkan membuktikan bahwa sebenarnya tradisi tulisan di Nusantara berumur lebih tua dari itu. Hasil temuan ini menunjukkan bahwa aksara tertua yang menyebar di Nusantara adalah aksara Sidhhamatrika (Siddham) atau Prenagari. Aksara ini dipergunakan khusus untuk menulis ajaran atau mantra-mantra keagamaan pada media tablet, materai, atau stupika yang terbuat dari tanah liat yang dibakar atau dijemur di matahari. Meski tablet yang ditemukan tidak mencantumkan tanggal pembuatan, tapi berdasarkan penelitian bisa diperkirakan bahwa tablet tersebut berasal dari abad pertama sampai ketiga Masehi.

Menjadi pertanyaan adalah apakah lahirnya aksara di Nusantara sepenuhnya karena pengaruh dari budaya India? Budaya India memang memengaruhi perkembangan tradisi tulisan Nusantara, tapi tidak bisa dipastikan apakah memang kebudayaan India berperan sepenuhnya pada kelahiran aksara-aksara Nusantara kuno. Ada dugaan kuat bahwa saat budaya India masuk ke Nusantara, masyarakat Nusantara telah mengenal aksara sehingga yang terjadi adalah akulturasi atau perpaduan budaya.

Artinya, lahir dan berkembangnya aksara di Nusantara tidak terlepas dari peran para intelektual lokal. Sama seperti bidang kebudayaan lain, perkembangan aksara terjadi dengan menyerap, memadukan, dan mengolah apa yang datang dari luar dengan apa yang sudah ada sehingga lahirlah karya inovasi yang sesuai dengan budaya setempat.

Saat ini, aksara-aksara Nusantara asli ini tidak dipakai lagi, dan jika tidak kita lestarikan akan menuju kepunahan. Aksara yang dominan dipakai bangsa Indonesia saat ini adalah aksara Latin dan Arab. Tulisan Latin kita terima dan kita gunakan karena pengaruh dari bangsa Eropa yang menjajah negeri kita dan karena tulisan tersebut digunakan secara internasional. Tulisan Arab diterima seiring perkembangan agama Islam di Nusantara.

Menjadi pertanyaan apakah kita masih perlu melestarikan aksara asli Nusantara?

Tentu saja. Aksara merupakan suatu karya budaya yang memiliki arti penting dalam perkembangan kehidupan manusia. Sejak dikenalnya aksara, manusia mampu menyampaikan gagasan dan pikirannya tanpa dibatasi waktu.

Tulisan menjadikan manusia memasuki era sejarah. Dengan adanya catatan-catatan sejarah yang ada, kita dapat mengetahui masa lalu. Bahkan sumber tertulis merupakan bahan yang paling memadai dalam penelitian sejarah, baik yang tertuang dalam karya sastra maupun dalam prasasti.

Jadi, tulisan-tulisan yang kita warisi merupakan akses terbaik bagi kita ke masa lalu. Karena tulisan yang kita warisi dibuat dengan aksara asli Nusantara maka pengetahuan terhadap aksara tersebut mutlak perlu jika kita tidak ingin meninggalkan sejarah kita.

Tulisan juga merupakan bagian dari identitas bangsa yang membedakan kita dari bangsa lainnya. Aksara Nusantara merupakan ciri, jati diri, dan menjadi kebanggaan dari masyarakat Nusantara. Tidak semua etnik yang mengembangkan bahasanya sendiri sekaligus memiliki aksaranya juga. Adanya aksara asli Nusantara menggambarkan betapa tingginya budaya asli Nusantara. Dan, keanekaragaman aksara Nusantara juga menggambarkan betapa tua dan kayanya tradisi tulisan kita.  Apakah kita akan membuang begitu saja kekayaan kita sendiri?

Membuang aksara asli kita sebenarnya sama saja dengan melupakan akar peradaban kita. Aksara adalah salah satu faktor penting dalam pembentukan peradaban. Aksara Nusantara tidak hanya sekadar tanda grafis yang kita gunakan untuk berkomunikasi, tapi terdapat pula pemikiran filosofis di dalamnya. Nilai-nilai filosofis tersebut turut membentuk jati diri kita sebagai bangsa.

Kita bisa lihat betapa kuatnya bangsa-bangsa yang masih setia dengan aksara asli mereka, seperti bangsa Arab, Jepang, India, dan China. Dengan setia pada aksara asli mereka, mereka tidak melupakan akar peradaban mereka. Dan, inilah yang membuat mereka mampu berdiri sebagai bangsa yang kukuh dan turut  memengaruhi peradaban dunia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

5 × three =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.