Punahnya Harimau di Pulau Jawa dan Pulau Bali

3000
Harimau Jawa
Foto harimau Jawa yang diambil di Ujung Kulon (Foto: Andries Hoogerwerf/wikipedia)

1001indonesia.net – Kepunahan suatu spesies memang bukan hal baru. Berjenis tanaman dan hewan hilang dalam lintasan sejarah bumi. Sebagian besar kepunahan tersebut disebabkan oleh manusia, baik karena perburuan liar maupun karena hilangnya habitat asli mereka akibat alih fungsi hutan. Salah satu jenis satwa yang sangat disayangkan punah beberapa dasawarsa lalu adalah harimau yang terjadi baik di Pulau Bali maupun di Pulau Jawa.

Harimau Bali

Satwa endemik Pulau Bali ini merupakan harimau terkecil dari semua subspesies harimau. Keberadaannya pertama kali dicatat pada 1912 dan punah hanya 30 tahun berselang.

Lima harimau Bali diketahui dibunuh pada paruh pertama tahun 1936 oleh pemburu. Pada 1937, seekor harimau Bali sengaja dibunuh untuk keperluan museum Zoologi di Bogor. Sayang, sejak itu tidak ada lagi catatan mengenai keberadaan hewan buas ini sehingga dinyatakan telah punah.

Sempitnya area habitat yang ada dan kebutuhannya akan area yang luas menjadi salah satu penyebabnya. Jika harimau ini memerlukan luas area hutan yang sama dengan jenis harimau lain maka hanya sekitar 110 ekor yang dapat hidup di Bali dalam waktu yang sama.

Harimau Jawa

Dari semua daerah di Nusantara, Pulau Jawa adalah daerah yang mengalami kepunahan jenis flora dan fauna terbesar, setidaknya pada masa terakhir ini. Satwa seperti gajah, tapir, kerbau sungai, rusa Bawean, orangutan, siamang, kucing hutan, dan harimau diketahui telah punah dari daratan Pulau Jawa. Kepunahan jenis-jenis ini diperkirakan karena ukuran tubuhnya yang besar sehingga tergantung pada area yang luas dan menjadi sasaran yang cocok untuk diburu.

Sekitar 1850-an, harimau Jawa dianggap sebagai gangguan di beberapa kota. Bahkan pada awal abad ke-20, setiap tahunnya, ratusan manusia menjadi korban. Peristiwa ini menunjukkan bahwa saat itu populasi satwa ini lumayan banyak.

Saat itu, pada umumnya penduduk Jawa tidak memeranginya. Hewan buas ini dianggap berguna dalam menekan populasi babi yang sering merusak tanaman para petani.

Populasi harimau ini mulai mengalami penurunan drastis sejak adanya olahraga berburu di Pulau Jawa dan kecenderungan untuk membunuh pemangsa manusia. Juga karena adanya permintaan secara tetap terhadap kulitnya dari pembuat topeng singobarong, salah satu perlengkapan tarian tradisional Jawa.

Menjelang 1976, harimau Jawa hanya dapat ditemukan di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur. Namun, keberadaannya semakin langka. Juga tidak ditemukan sisa hewan itu berbiak.

Instruksi untuk melindungi satwa ini dikeluarkan, tetapi tidak pernah diindahkan. Perburuan terhadapnya masih dilakukan karena besarnya imbalan yang didapat bila bisa mendapatkan kulit dan bagian tubuhnya. Menjelang pertengahan 1980-an, keberadaannya dinyatakan punah.

Namun, sementara harimau Jawa sudah dinyatakan punah beberapa dekade silam, sebagian kalangan meragukannya. Beberapa foto yang didapatkan dari hutan di Jawa Tengah dan Jawa Timur mengindikasikan bahwa satwa ini belum punah. Beberapa pihak kemudian lebih peduli pada satwa ini dan berusaha membuktikan keberadaannya. Semoga indikasi tersebut memang benar sehingga kepunahan binatang buas endemik Pulau Jawa yang kita sesalkan ini ternyata tidak terjadi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

2 × 3 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.