Gereja Blenduk, Ikon Kota Lama Semarang

6801
Gereja Blenduk, Ikon Kota Lama Semarang
Gereja Blenduk merupakan bangunan bersejarah dan menjadi ikon dari Kota Lama Semarang. (foto: snappedimages.wordpress.com)

1001indonesia.net – Gereja Blenduk merupakan salah satu objek wisata bersejarah dan menarik di Kota Lama Semarang. Gereja Kristen tertua di Jawa Tengah ini masih terawat dan aktif digunakan oleh jemaat Gereja GPIB Immanuel.

Gereja Protestan ini terletak di Jalan Letjend Suprapto No 32 Kota Lama Semarang. Dinamakan Blenduk karena kubah besar di bagian atasnya. Istilah blenduk (baca: mblenduk) merupakan bahasa Jawa yang merujuk pada kubah tersebut. Penggunaan kubah ini mengadopsi bentuk bangunan gereja-gereja klasik di Eropa.

Gereja Blenduk dibangun sekitar tahun 1753. Pada awal berdirinya digunakan sebagai tempat ibadah orang-orang Belanda. Gereja ini sempat diperbaiki pada 1756, 1787, dan 1794. Pada 1894, bangunan gereja dirombak menghasilkan bentuk bangunan seperti sekarang ini.

Pada awalnya di zaman kolonial Belanda, gereja ini bernama Nederlandsch Indische Kerk. Setelah masa kemerdekaan, namanya menjadi Gereja Immanuel. Namun, masyarakat sekitar menyebutnya sebagai Gereja Blenduk karena atap kubahnya yang mblenduk. Gereja yang bergaya khas Eropa ini menjadi ikon Kota Lama Semarang.

Bangunan gereja yang berbentuk heksagonal (persegi delapan) ini menghadap ke selatan. Lantai bangunan hampir sama tinggi dengan lantai di depannya. Fondasi terbuat dari batu, sementara sistem strukturnya dari bata. Atap bangunan berbentuk kubah dengan penutup lapisan logam yang dibentuk oleh usuk kayu jati.

Pada sisi timur, selatan, dan barat terdapat portico bergaya Dorik Romawi yang beratap pelana. Gereja ini memiliki dua buah menara di kiri kanan berbentuk bundar. Menara ini beratap kubah kecil. Pintu masuk merupakan pintu ganda dari panel kayu. Jendela ada dua kelompok, yaitu jendela kayu berdaun krepyak dan jendela kaca warna-warni berbingkai.

Gereja Blenduk sudah berganti rupa beberapa kali. Mula-mula bangunan gereja berbentuk rumah panggung Jawa dengan atap berarsitektur Jawa. Pada 1894, gedung ini dibangun kembali oleh HPA de Wilde dan W Westmas dengan bentuk seperti sekarang ini, yaitu dengan dua menara di bagian depan dan atap kubah.

Selain bangunan, furnitur di dalam gereja termasuk barang antik, seperti orgel barok, kursi jemaat yang berjumlah 450, dan dua buah lonceng tua yang dibuat oleh JW Steegler tahun 1703. Orgel baroknya berukuran besar dan sangat indah, sayang tidak bisa digunakan lagi.

Gereja ini membuka layanan ekaristi dan misa pada para jemaat. Hampir setiap hari pengunjung datang dari berbagai kalangan. Umumnya, mereka datang untuk berfoto dengan latar belakang gereja yang eksotis.

Sumber:

  • Gagas Ulung, Wisata Ziarah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013.
  • https://id.wikipedia.org/wiki/GPIB_Immanuel_Semarang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

three + 14 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.